Matahari baru saja tenggelam di ufuk barat ketika Wilma dan Pramudya akan masuk ke kamar mereka. Dari sudut lain, Inah memerhatikan tuan dan nyonya rumah tersebut bergandengan tangan memasuki kamar mereka.
Inah tersenyum. Ya, bagaimanapun, itu adalah hal yang baik, sangat baik, pikir sang asisten rumah tangga. Paling tidak, pertengkaran besar yang beberapa hari lalu ia saksikan tidak berlarut-larut alih-alih menjadi alasan perceraian mereka.
Ya, itu sesuatu yang bagus, melihat lagi kemesraan mereka berdua. Tentu, kenyamanan rumah ini akan kembali seperti dulu-dulu lagi, begitu doa Inah di dalam hati demi kebahagiaan Wilma dan Pramudya.
Setelah itu, Inah kembali menuju ruang makan untuk melakukan tugasnya bebersih.
Di dalam kamar utama tersebut, Pramudya memeluk erat pinggang istrinya. Pinggang yang beberapa waktu belakangan ini seakan terlupakan. Juga, ciuman mereka itu.
"Ya Tuhan," gumam Pramudya. "Aku hampir lupa betapa lembutnya bibirmu, Sayang."