"Baiklah, Kei," ujar Arni kemudian. "Jangan lupa mengabariku nanti, dan salam kepada mamamu."
"Tentu, Sayang, tentu."
Keisha tersenyum setelah panggilan itu berakhir. Ia merentangkan dua tangan ke atas sandaran bangku, meluruskan kakinya, memutar leher sedemikian rupa dan menengadah.
Dan sekarang, pikirnya, aku harus bisa menenangkan diri untuk tidak membuat Delima curiga. Hemm… sepertinya sore ini tidak akan bisa, pagi besok saja, seperti biasanya.
Keisha pun memejamkan matanya, mencoba untuk beristirahat di bangku di salah satu ruang terbuka di kapal penyeberangan itu.
*
Keisha sudah menunggu cukup lama di salah satu meja di bawah payung besar itu, menunggu kedatangan adik iparnya. Sang pemuda bahkan sudah menghabiskan sepiring makanan yang ia pesan sebelumnya.