Kurnia mendekati Hesti dengan langkah yang penuh kebimbangan, dan itu juga terlihat dari batang kelelakiannya yang perlahan-lahan kembali pada posisi hening, seolah kehilangan gairah dan nafsunya. Dan sesungguhnya, itu pulalah yang terjadi pada Hesti sendiri.
Wanita itu masih belum mengenakan pakaiannya, ia hanya menutupi bagian depan tubuhnya itu dengan pakaiannya itu sendiri, duduk bersimpuh di sofa tersebut.
Pria setengah baya menghempaskan bokongnya di samping kanan Hesti, duduk menekur dengan memegangi kepala yang mendadak menjadi pusing tujuh keliling.
"Ma—maafkan aku," ujar Hesti sembari menyentuh bahu Kurnia. "Aku malah melupakan soal pagar dan pintu itu tadi."
Kurnia mengusap wajahnya, menghela napas dalam-dalam seraya menengadah memandang langit-langit ruangan.
"Tidak," ujar Kurnia. "Kau tidak perlu meminta maaf, Hesti."
"La—lalu, apa yang harus kita lakukan sekarang?"