"Yaah," Arni mengangguk lantas merebahkan pipinya ke dada pemuda tersebut, mengusap dada bidang itu dengan lembut. "Bangga padamu."
"Terima kasih," Keisha mengecup lagi puncak kepala sang gadis.
"Ermm, Kei?"
"Iya, Sayang?"
"Aah, senang mendengar itu."
"Syukurlah," sahut Keisha. "Lalu?"
"Tidak," kata Arni. "Kenapa detakan jantungmu terdengar lebih cepat dan bergemuruh seperti ini?"
Keisha tersenyum lebar. Tentu saja, pikirnya. Sudah lebih dari satu jam, dan serbuk ramuan itu tentu sudah memperlihatkan efeknya. Yang tersisa kini, hanyalah pengeksekusian dari apa yang telah dipersiapkan oleh Keisha sendiri, menyetubuhi gadis itu.
"Begitu, ya?" ujar Keisha.
"He-em," lalu, gerakan bola mata Arni tertuju ke arah selangkangan Keisha. Sang gadis tersenyum. "Kau sudah ereksi, Kei?"
Keisha terkekeh, memeluk erat tubuh gadis itu, mengecup bahunya yang tersingkap.
"Begitu lah," jawab Keisha. "Aku tidak tahan melihat payudaramu yang tanpa bra ini—"