"Hei, sudah jam tiga lebih," ujar Hesti. "Aku harus pulang."
Kurnia masih betah membenamkan wajahnya pada buah dada Hesti yang besar dan kencang itu. Ia seakan-akan kembali menjadi seorang bayi dengan menyedot air susu yang menyebabkan payudara Hesti mengencang seperti itu.
Hesti tertawa geli sembari mengusap-usap kepala pria tersebut.
"Tapi aku masih ingin menikmati apa yang ada di hadapanku ini, Hesti."
"Dasar…!" Hesti tertawa halus sembari mengusap-usap dada Kurnia yang berbulu lebat. "Bagaimana kalau anakmu pulang dan menemuan kita dalam keadaan seperti ini? Bukankah acara itu sendiri berakhir jam tiga sore?"
"Biarkan saja dia," sahut Kurnia, "aku tidak peduli apa yang akan dia katakan. Toh, dia juga tidak memedulikan apa yang aku katakan."
"Hei…" Hesti mengusap rambut pria tersebut. "Jangan berkata seperti itu."
"Aku tahu."
Saat ini Hesti sedang duduk bersandar dan berselonjor di sofa ruang tengah itu tanpa sehelai pun pakaian di tubuhnya.