Di tempat lain, di tepian laut ujung selatan Pulau Sumatra. Delima sedang duduk di atas batu besar. Batu besar yang ia tahu sebagai tempat pertemuan pertama kali ibunya dan ayah kandungnya. Ayah kandung yang ia tidak tahu seperti apa wajahnya hingga sekarang, seperti apa suara laki-laki itu? Seperti apa sifatnya?
Dan di batu besar itu pula Delima mengetahui dari mulut sang ibu tentang keintiman yang terjadi antara Delisa dan Seta Adiprana.
Ya, di batu yang sama kini Delima duduk berjuntai kaki menikmati terpaan angin laut. Ia membiarkan kaki yang terjuntai tanpa alas itu dibasahi air laut yang memecah. Kondisi permukaan laut sedikit lebih tinggi sebab dalam kondisi pasang naik.
Dua tangannya lurus ke belakang, bersitekan pada permukaan batu, wajahnya sedikit menengadah dengan mata terpejam. Seakan-akan, Delima benar-benar menikmati belaian sang bayu yang tidak terlalu kencang di hari itu.