Selesai mandi dan membersihkan bagian tubuh lainnya di titik-titik sensitifnya, Wilma kembali ke kamarnya.
Cukup lama ia mematut diri di depan cermin dengan tubuh telanjang bulat, hanya ada satu handuk yang bergulung di atas kepalanya.
Wilma tersenyum-senyum sendiri memandangi tubuh telanjangnya itu di depan cermin besar tersebut. Dalam satu hal, Wilma harus mengakui bahwa pikirannya terhadap pemuda itu membuat ia merasa kembali menjadi seorang gadis muda yang akan pergi berkencan.
Hal ini membuat wajah Wilma memerah. Sama sekali ia tidak memikirkan soal suaminya, Pramudya. Yang ada di dalam kepalanya hanyalah pemuda tinggi dan gagah itu. Dadanya yang bidang yang telah sempat ia rasakan saat meluahkan tangisnya kemarin. Atau jemari kekar yang mengusap-usap lembut bahu dan punggungnya.
Dan ya, lirikan mata laksana mata seekor elang itu ke arah buah dadanya.