"Dan sekarang, ke mana kita akan pergi?"
"Kurasa akan lebih bijak untuk mengantarmu pulang saja, Kei," sahut Arni.
Keisha menghela napas dalam-dalam. Mengingat bagaimana sikap sang ayah tadi saja sudah membuat Keisha jengah dan kesal. Andaikan sedang memiliki uang banyak, Keisha bahkan lebih rela untuk tinggal terpisah dengan ayahnya tersebut.
Langit sudah jatuh gelap dan lampu-lampu dari berbagai gedung serta lampu penerangan jalan seolah menyemarakkan suasana ibu kota malam ini.
Akan tetapi, semua itu tidak mampu menyemarakkan suasana hati Keisha.
Arni mendesah panjang dan lirih menanggapi keheningan Keisha tersebut, terlebih lagi pada wajahnya yang jelas-jelas menggantung awan kelam. Hanya saja, meskipun Arni tahu pasti apa penyebab semua itu, ia tidak berusaha untuk mengatakan sesuatu agar mendung pekat di wajah pemuda itu kembali cerah.
Paling tidak, Arni tidak ingin membuat Keisha bertambah kesal dan melampiaskan kekesalannya itu kepada dirinya.
Tidak untuk sekarang.