"Mungkin kamu hanya perlu menyediakan brankas," kata Arni pula kepada Keisha. "Dan ya, sedikit memasang instalasi di sana-sini, selesai. Itu pun harus seizin dari pihak pengelola mal bersangkutan."
"Ya, itu benar," kata Seta pula. "Kekurangannya," ujar pria setengah baya itu, lagi. "Kau pasti akan memiliki pesaing yang sudah terlebih dahulu membuka toko perhiasan di mal tersebut. Dan kau tahu," Seta terkekeh-kekeh, "persaingan itu sendiri terkadang tidak sehat. Segala cara dilakukan—yaa… tidak sebatas bisnis berlian dan permata saja, tapi di semua bidang usaha."
"Ini memang sangat menyedihkan," ujar Arni. "Tapi apa yang dikatakan Om Seta barusan itu benar, Kei."
"Ambil contoh dengan EO yang sekarang dipegang Arni," kata Seta. "Di awal-awal ketika Pak Dimas baru memulai Aerlangga Vision, tidak terhitung rintangan yang harus dialami."
"Yaah," Arni mengangguk-angguk. "Benar sekali."