"Hei," Arni tertawa tanpa suara, menyembunyikan rona merah yang kembali menghampiri wajahnya. "Bukankah sudah jelas?"
"Ya, sangat-sangat jelas," Keisha tersenyum lebar, dan usapan tangannya di paha gadis itu semakin intens. "Kenyataannya kita mengulangi hal itu sampai tiga kali… tentu saja, sangat-sangat jelas."
"Ya, dan kau tidak perlu bertanya tentang hal itu lagi kepadaku, Kei. Apa kau tahu, kau hanya membuatku tidak sanggup menatap wajahmu."
"Aku suka itu."
"Astaga…" Arni tertawa sembari menggeleng-gelengkan kepala. "Sudahlah. Kau sudah tahu aku tidak keberatan dengan semua perlakuanmu itu, dan ya, aku menyukai itu semua. Tapi, jangan selalu membahas hal yang sama."
"Kenapa?"
Ya, Keisha hanya sengaja menggoda saja. Ia sendiri juga tahu alasan sebenarnya dari Arni, sebab, Keisha juga merasakan hal yang sama.
"Oh, Tuhan… Keisha," ujar Arni. "Kau membuatku risih, kau tahu itu?"