Well, itu mungkin saja, pikir Keisha. Hanya saja, melihat bentuk jadi dari bangunan itu sendiri, juga aula megah ini, rasa-rasanya lebih mirip karya tangan seorang perancang dari luar negeri. Hemm, Eropa, mungkin.
"Ya," Arni mengangguk. "Namanya, Seta Adiprana. Kau kenal nama itu?"
Sejenak Keisha mencoba mencari-cari di dalam bilik ingatannya. Tapi, sejauh yang ia tahu, ia tidak pernah mengenal nama itu sebelumnya, atau sekadar mendengar nama itu dari mulut seseorang.
"Tidak. Tidak sama sekali."
Arni tertawa lagi. "Kau butuh banyak bergaul, Kei. Dunia ini bukan hanya Sumatra saja, atau Jawa saja."
"Ya, ya…" Keisha terkekeh. "Kau sudah terdengar seperti ayahku saja."
"Well, setidaknya," kata Arni pula. "Itu memang benar. Pepatah tua mengatakan: Lama berjalan banyak yang dilihat, lama hidup banyak yang dirasa."
"Baiklah, Nona Profesor."
"Lucu sekali!"
Lalu, mereka pun tertawa-tawa.