"Aku sudah memesan satu meja di restoran ini, Kei," ujar Arni ketika Keisha menghampirinya. "Untuk makan siang. Akan menjadi sia-sia kalau tidak digunakan. Toh, aku sudah membayar di muka."
"Aku bisa memahami itu," sahut Keisha. "Tapi, kenapa tidak memberi tahu padaku terlebih dahulu sebelum kau memesan meja di tempat semewah ini?"
"Salah, ya?"
"Bukan begitu maksudku," Keisha menggaruk-garuk kepalanya. Menghela napas dalam-dalam.
"Apakah kau belum merasa lapar?" tanya Arni sembari memperlihatkan arloji di tangan kirinya.
Jam tangan itu sangat berbeda dengan jam tangan yang dipakai gadis tersebut kemarin. Yang sekarang ia pakai itu hanya sebuah jam tangan biasa, namun terlihat mewah, hampir keseluruhan bagian arloji tersebut berwarna hitam mengilap.
"Ini sudah jam setengah dua belas siang, Kei. Dan aku belum mengisi perutku dengan apa pun semenjak pagi tadi—well, kecuali hanya segelas teh hangat."