"Bu!" sahut Delisa, lagi.
"Apa?" ujar Delia. "Apa kau lupa bagaimana kejadian terakhir yang dialami anakmu itu, hah? Anakmu itu terlalu kembut, Delisa. Dia terlalu banyak mewarisi sifat ayah kandungnya."
"Nenek tidak perlu berkata seperti itu," kata Delima sembari memandangi burung-burung kecil di dalam sangkar yang ia tenteng.
"Ouh, benarkah?" Delia pun berdiri seraya bertolak pinggang. "Lalu, kau hanya akan membiarkan saja manusia-manusia kotor seperti itu berbuat semena-mena terhadap dirimu? Itu yang kau mau? Mengasihi mereka?"
"Dan," Delima tersenyum tipis, lalu memandang pada sang nenek. "Nenek juga tidak perlu khawatir."
"Astaga…! Kau lihat anakmu itu?!" ujar Delia kepada Delisa. "Dia lebih sayang pada manusia-manusia itu daripada membela kehormatannya sendiri. Kau lihat!"
"Aku sudah membunuh kedua pemuda bejat itu."