"Hemm, kamu benar," ujar Kurnia pula. "Eeh, tapi… apa benar binatang begitu?"
"Sayang!" dengus Mutiya bermanja, lalu menepuk perut suaminya dengan pelan.
"Lhoo, kamu bilang melebihi binatang. Makanya aku tanya, emang binatang punya kelakuan seperti itu? Korupsi dan suka membunuh sesama?"
"Iya deh, iya…" Mutiya tersenyum menahan tawanya. "Melebihi setan dan iblis deh kalau begitu."
"Hemm…"
"Kenapa lagi?" tanya Mutiya ketika mendapati suaminya itu dengan sengaja meruncingkan bibirnya sedemikian rupa.
"Kasihan setan sama iblis."
"Lha, kenapa?"
"Mereka bukan pelakunya, malah mereka yang dipersalahkan."
"Papa!"
Kurnia lantas mempergunakan kedua tangan untuk melindungi wajahnya sebab Mutiya mencoba mencubiti pipinya.
"Ampun, ampun, ampun…" ujar Kurnia.
"Tidak akan pernah!" sahut Mutiya. Tidak dapat mencubit pipi, maka perut dan dada sang suami yang menjadi sasaran.