Karena beban juga tidak pernah salah memilih tempat berlabuh.
***
Ana merasakan dunianya hancur dalam waktu yang bisa dikatakan sangat cepat saat dia mengetahui saat ini ada janin yang bersemayam di dalam rahimnya. Apakah dia salah jika saat ini dia merasa egois kalau semesta tidak pernah barang sekejap pun membuatnya merasa bahagia.
Hidup sebagai yatim piatu di usianya yang masih bisa dikatakan belia. Kesuciannya direnggut oleh lelaki yang seharusnya menjaga dia dengan sangat baik, pengganti kedua orang tuanya. Lelaki yang dia harap adalah selamanya, ternyata hadir hanya sebatas pelangi untuk Ana. Indah, tapi hanya sekejap.
Lalu bagian bahagia mana yang bisa membuat Ana harus merasa bersyukur karena telah dilahirkan di dunia.
Belum dia menata hidupnya kembali setelah kepergian Jericho Naufal Gunadi, kini dia kembali dihadapkan dalam masalah yang cukup pelik, dia hamil.
Punya anak? Tanggung jawab seumur hidup? Mampukah Ana melalui itu semua?