"Semua tentang lo, Ra. Kenapa karena lo akan selalu—"
Irza lantas mengatupkan kedua bibirnya saat dia menyadari kalau dia hampir saja melewati batas kesadarannya.
"Gue akan selalu?!" tanya Rara yang merasa kalau ada yang aneh dari apa yang hendak dikatakan oleh Irza beberapa saat yang lalu.
"Lupain," jawab Irza dengan cepatnya.
"Nggak semudah itu adik Irza Adisankara Rianto," sahut Rara sembari menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Lo bisa dan ini mudah untuk lo lakukan." Tanpa menunggu persetujuan dari Rara, Irza lantas beranjak dari tempatnya berpijak saat ini, tapi itu tidak bertahan lama. Karena suara panggilan yang menyerukan nama Irza dari jarak lima meter di tempat dia saat ini berpijak.
"Irza?!" teriaknya dengan nada yang terdengar sangat lantang.