Atas pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh Laskar, Irza hanya menjawabnya dengan gelengan kepala mantap tanpa ada keraguan sedikit saja yang mengikutinya.
Alhasil apa yang dilakukan oleh Irza itu membuat Laskar pada akhirnya hanya bisa mengernyitkan dahinya.
"Mata lu sudah lebih dari cukup untuk menjawab semua pertanyaan yang ada di benak gue. Perasaan lu untuk Sella sudah mulai mekar."
Mendengar celotehan dari Irza yang sulit untuk mengerti oleh akal sehat milik Laskar, pada akhirnya dia hanya bisa memutar kedua manik matanya malas.
"Sok tahu lu!" hardik Laskar tanpa memikirkan perasaan Irza terlebih dahulu.
"Kar ... kalau berbicara soal perasaan lu jangan cari pembenarannya di otak, tapi cari itu hati. Mata adalah cerminan hati, dan dar kedua manik mata lu, gue bisa lihat kalau lu sudah mulai ada rasa dengan Sella."
