"Iya." Jawaban yang diberikan oleh Irza pada semua orang yang sedang menatap lurus kepadanya terlihat seperti orang yang sedang kekurangan beban hidup. Padahal pada kenyataannya beban di pundak Irza saat ini sungguhlah barat untuk dia pikir sendiri.
"Siapa?"
"Kelas berapa?"
Mendapat rentetan pertanyaan dari Laskar dan juga Jeri, Irsa hanya bisa memutar kedua manik matanya malas masih pagi saja dia sudah dibuat pusing oleh sifat keingintahuan kedua sahabatnya yang sungguh berada di atas rata-rata penduduk bumi ini.
Dibandingkan menjawab apa yang menjadi pertanyaan kedua sahabatnya itu, Irsa lebih memilih untuk mengalihkan topik pembicaraan mereka. Irsa tahu kalau apa yang dilakukan ini bukanlah hal yang baik, tapi hanya ini jalan ninja yang bisa diambil untuk mengalihkan atensi Laskar dan juga Jeri.