Kolam renang yang terletak di halaman belakang rumah Rangga tentu saja menjadi pilihan terbaik untuk Rangga. Mungkin sudah lima menit mereka berada di sini, tapi tak ada satu pun dari mereka yang mau membuka suara terlebih dahulu.
Rangga sedang sibuk untuk merangkai kata, sedangkan Surya, pria itu hanya bisa menunggu apa yang hendak dibicarakan oleh Rangga. Sampai di sini Surya bisa menyimpulkan kalau apa yang akan dibicarakan oleh Rangga mungkin bisa dikatakan sebagai sesuatu yang sangat urgent, entahlah.
"Papa tahu kalau kamu bukanlah Gerhana, kamu adalah Surya."
DEG~~~
Jantung Surya seperti ingin rontok saat ini juga kala mendengar apa yang diucapkan oleh Papa Rangga barusan. Seharusnya orang yang peka dengan semua sandiwara ini adalah Mentari, tapi kenapa target justru salah sasaran seperti ini.
"Papa--"
Surya seperti kesulitan untuk melanjutkan kata-katanya jadi yang dia ucapkan terhenti tanpa aba-aba.
"Iya, Papa tahu." Surya hanya bisa diam, tapi diamnya Surya lebih dari ikhtiarnya untuk meminta penjelasan pada lelaki paruh baya yang berada tepat di sebelahnya.
"Yang papamu suap hanyalah media bukan pihak kepolisian. Semoga saja kamu tidak lupa siapa Papa, Surya."
Bagi Surya ini sungguh tidaklah adil. Yang mempunyai ide konyol ini adalah mama dan juga papanya, tapi kenapa justru dia yang harus seorang diri mendengar penjelasan dari Rangga.
Rangga Bamantara bukanlah seorang pengusaha sukses layaknya tokoh-tokoh pria yang sering ada di novel, tapi sosok dia juga adalah sosok yang patut untuk diperhitungkan. Rangga adalah pimpinan polisi tertinggi di Jawa Timur, jadi bukan hal yang sulit untuk dia mengetahui apa yang telah menimpa kembaran dari pria yang kini berada di sebelahnya itu.
GLEK~~~
"Kalau kamu mau mundur sekarang juga nggak apa-apa, Sur."
Mentari Chamissya Damayanti memang bukanlah anak kandung dari Rangga juga Alika, tapi kasih mereka bukanlah hal yang patut diragukan.
Sakit yang dirasakan oleh Mentari pasti juga akan membuat Rangga dan Alika merasakan hal yang sama.
"Nggak kok, Pa. Surya nggak mundur," jawab Surya dengan lantang tanpa keraguan sedikit pun dalam jiwanya. Entah kenapa saat melihat gurat berselimutkan nelangsa dalam dua manik mata Rangga, Surya seperti tak punya nyali untuk menolak keinginannya. Meski Surya memiliki kesempatan untuk mundur dari hal seperti ini.
"Tapi kamu tidak mencintai Mentari." Apa yang dikatakan oleh Rangga memanglah benar, bahkan setitik pun rasa cinta dalam benak Surya belum ada yang bisa dia persembahkan untuk wanita berparas teduh tersebut. Sampai saat ini yang masih bertahta dengan indah di hati Adi Surya Dimitri hanyalah Chayana Aurellia.
"Aku akan mencoba untuk menghadirkan cinta untuk Mentari, Pa."
Surya seperti ingin mengutuk dirinya sendiri bisanya-bisanya dia mengatakan sesuatu yang dia sendiri pun tak bisa memastikannya. Tapi jika dia menolaknya bisa dipastikan akan banyak orang yang akan dia kecewakan.
Rangga dan Surya kembali saling berdiam satu sama lain. Tidak ada yang mau membuka mulutnya satu sama lain.
"Surya … Mentari memang bukan anak om dan tante. Namun, sayang kami padanya sangat besar. Gita saja kadang cemburu dengan apa yang kami berikan untuknya." Surya diam saja tak mau memberi celah apapun.
"Jika kamu masih bersikeras untuk mempersuntingnya papa juga mama hanya bisa menitip Mentari cintai dan sayangi dia. Tapi jika suatu saat nanti kamu ingin menyerah untuk Mentari, jangan katakan itu padanya."
"Bilang ke papa, biar papa yang jemput dia."
DEG~~~
Sekujur tubuh Surya seperti mendapat pukulan telak yang tak bisa dia hindari. Kenapa ini sungguh menyedihkan. Semilir angin berembus semakin membuat akral tubuh Surya kian mendingin saja.
Rasa bersalah merasuki sukmanya bagaimana kalau dia tak bisa menjadi suami yang baik untuk Mentari? Bagaimana dia dan Mentari akan menjalani bahtera rumah tangga yang dibangun tanpa cinta?
"Hal itu tidak akan terjadi, Pa."
Rangga hanya diam tak mau lagi mengungkapkan apa-apa karena dia lega telah mengeluarkan apa yang seharusnya dia keluarkan pada Surya. Dan Rangga menaruh harap yang sangat besar agar kedua insan ini bisa saling mencintai satu sama lain.
"Ya sudah, kita masuk ke dalam saja." Tak ada lagi percakapan antara keduanya saat ini. Surya hanya mengekori langkah Rangga yang akan kembali masuk ke ruang keluarga.
Melihat Surya juga calon besannya itu kembali membuat Dimitri lantas saja mencecar mereka segudang tanya. Tapi Surya juga Rangga telah berkomitmen kalau berita ini jangan sampai diketahui oleh siapapun terlebih lagi Mentari yang jelas saja setelah ini akan paling terkoyak hatinya.
"Bukan apa-apa." Apakah Dimitri akan percaya dengan apa yang dikatakan oleh Papa Rangga? Tentu saja jawabnya adalah tidak.
Dimitri juga Rangga adalah sahabat, tentu saja persahabatan yang telah terjalin puluhan tahun silam mengeratkan apa yang seharusnya dieratkan. Terlebih lagi saat ini mereka bukan lagi akan menjadi seorang sahabat, melainkan peningkatan hubungan anak-anak mereka akan membuat hubungan mereka lebih meningkat.
Tatapan penuh selidik Dimitri layangkan pada sang putra sulung tapi hal tersebut tidak akan mampu untuk memprovokasi seorang Adi Surya Dimitri.
Rangga tahu kalau Dimitri adalah orang yang sangat ambisius dalam mengejar apa yang menjadi keinginannya. Untuk mencegah ke hal tersebut, Papa Rangga segera membuka perbincangan malam ini.
"Gerhana apa yang ingin kamu sampaikan pada Mentari?" Surya menatap Rangga penuh selidik bagaimana bisa pria paruh baya tersebut bisa berakting dengan sangat sempurnanya, sungguh bakat yang sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja.
Bersambung ….