"Aku akan menemani anak dan istriku hari ini," ucap Nio.
Detak jantung Allena seketika menjadi cepat mendengar ucapan Nio.
"Aku tak butuh ditemani, aku sudah terbiasa sendiri," ucap Allena dan bangkit dari duduknya. Ketika dia akan melewati Nio, Nio justru memeluknya.
Allena pun hanya diam, menghirup aroma tubuh Nio seketika membuatnya merindukan kebersamaannya dengan Nio. Entah kapan terakhir kali dirinya bisa sedekat itu dengan Nio, mungkin baru beberapa hari, tetapi bagi Allena rasanya sudah sangat lama dia tak begitu dekat dengan Nio.
Di saat seperti ini, bohong jika dirinya tak membutuhkan Nio di sisinya. Lagipula jika dipikir, Nio masih sah menjadi suaminya, jadi seharusnya memang sudah menjadi kewajiban Nio untuk menemaninya di masa-masa kehamilan seperti ini. Sayangnya, di hati Allena juga masih tersimpan kemarahan terhadap Nio, itulah mengapa dia masih bersikap dingin. Antara rindu dan gengsi, sepertinya begitu.