"Mana dia?"
Marcell langsung menunjuk dengan dagunya. Merly tersenyum kemudian memanggilnya. "Love, tunggu."
--
Panggilan Merly memaksa Lovely berbalik sehingga beradu tatap dengannya. Seulas senyum tersungging di bibir, begitu juga dengan Merly. "Lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?" Sapanya sehangat tatapan mata.
Lovely tersenyum tipis. "Tak ku sangka kita dipertemukan di tempat ini."
"Inilah yang dinamakan takdir." Menirukan ucapan sang kekasih seraya melemparinya dengan kerlingan.
Memuakkan, bagi Lovely. Terlebih ketika disuguhkan pada sepasang tangan kekar yang melingkar apik di sepanjang perut ramping.
"Kalian mau makan siang, kan? Silakan."
"Bagaimana kalau kau bergabung dengan kami?"
"Sorry, saya sudah ada janji. Jadi, harus segera kembali ke kantor."
Merly langsung memasang wajah sedih. "Padahal banyak yang ingin aku perbincangkan denganmu."
"Next time."