Seulas senyum miris menghiasi bibir ranum. "Memuakkan!" Bersamaan dengan itu membanting ponselnya hingga kepingannya berceceran di lantai.
--
Malam yang semakin larut terasa mencengkeram jiwa. Love masih saja berdiri di sudut jendela sembari memanjakan mata dengan gemerlapan kota Seattle. Namun, tidak dengan hatinya, yang masih saja berbalut awan hitam mengiringi sang bulan tersenyum sendu.
Entah sudah berapa lama berdiri di sana hingga suara dering ponsel memecah keheningan. Ekor matanya melirik ke sisi ranjang tepat ponsel itu berbaring.
Tak ada niatan untuk mendekat, atau pun mengetahui siapa sang penelepon.
Sial, ponsel kembali berdering untuk kesekian kalinya. Terlalu muak dengan suara yang membisingkan telinga, langkahnya terlihat lebar mendekati sisi ranjang.
Seketika itu juga membeliak sempurna dimanjakan dengan nama sang ayah yang terpampang nyata menghiasi layar ponselnya.