Marcell menyeringai. "Menurutmu?" Melemparkan tas Merly mengenai tepat ke dada gadis itu. "Ingatlah satu hal. Lelaki yang memegang kendali, apa pun itu statusnya." Beriringan dengan langkah kaki menjauh, meninggalkan Merly yang masih saja menatapnya nanar.
--
Di sebuah apartement mewah, tepatnya di lantai paling atas. Seorang gadis bermata biru sedang meratapi nasib buruknya. Ia terlihat sedang duduk di kursi roda dengan menatap lurus ke depan. Entah apa yang menarik di depan sana, yang jelas tatapannya masih saja mengunci ke arah yang sama.
Tenggelam ke dalam lamunan? Sudah pasti. Dan suara Fully lah yang membuyarkan lamunannya itu. "Sudah waktunya makan siang, Nona Love."
Lovely tidak menjawab. Dia tetap saja membuang tatapannya ke arah yang sama. Sontak saja Fully mengulang kalimat yang sama. "Sudah waktunya makan siang, Nona Love."
"Saya tidak berselera makan."
"Tetapi, Nona … Nyonya berpesan bahwa Anda harus makan dan minum obat tepat waktu."