Marcell menggeram, kedua tangan mengepal erat hingga buku-buku jari memutih. Ingin rasanya menendang Marco dari lantai paling atas. Sial, di dalam tubuhnya mengalir darah lelaki itu.
--
GILBERT MANSION
London, Britania Raya
Lovely terlihat duduk pada kursi roda, menatap hamparan white rose kesukaannya. Flower mendekat, kemudian mengecup puncak kepala. "Lihatlah, Baby Love. White rose-mu sudah bermekaran. Cantik, secantik kau." Mencubit gemas pipi Lovely.
Lovely tersenyum miris. Pujian yang baru saja disematkan, baginya tak lebih dari sebuah hinaan. Ia sudah tidak cantik. Austin telah merenggut kecantikannya. Dan kini, kondisinya harus duduk di kursi roda.
Apakah Lovely lumpuh? Tidak. Hanya saja pukulan keras pada tulang ekor membuatnya berada di kursi roda, sementara waktu.
Flower yang paham dengan kesedihan sang putri, berjongkok dengan bertumpukan pada salah satu kaki, kemudian digenggamnya jemari lentik, dibawa mendekat ke bibirnya, dikecupnya dengan dalam dan lama.