Tanpa adanya bantahan, sekali lagi mengulang kalimat yang sama. Darren murka. Rahang tegas mengeras, sorot mata berubah nyalang, kedua tangan mengepal erat hingga darah segar merembas melalui sela-sela jari akibat tertancap kuku sendiri. "Kau telah menjemput mautmu sendiri, Austin Matthew Bholthon!"
--
Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Itulah peribahasa yang paling tepat untuk menggambarkan kejadian demi kejadian yang menyapa, Darren Ewald Gilbert.
Mengeluh? Tidak. Dia bukan tipikal lelaki seperti itu. Hanya saja Tuhan sepertinya bersikap tidak adil padanya. Menyalahkan, Tuhan? Oh My God, bagaimana itu mungkin. Selama ini Tuhan saja sudah begitu baik, menghadirkan istri cantik, lembut, anggun, keibuan dan juga seorang putri dengan mata birunya yang berkilau indah.
Hembusan nafas lelah mengiringi sapuan udara panas sore ini. Sejenak, ditatapnya ruangan sang istri yang menutup rapat. "Kenapa dokter lama sekali di dalam sana?"