Arda baru saja sampai di sebuah toko buku, toko buku ini merupakan salah satu toko buku yang sering Arda kunjungi. Hari ini Arda kembali ke toko buku ini, setelah kurang lebih dua minggu ini ia tidak mendatangi toko buku, alasannya karena akhir-akhir ini Arda sibuk latihan basket sehingga ia mengabaikan komik-komiknya.
Arda sengaja memilih untuk mendatangi toko buku ini meskipun jarak toko buku ini dari rumahnya lumayan jauh. Ini adalah toko buku yang paling dekat dengan sekolah Arda. Namun alasan sebenarnya bukan karena itu, Arda hanya terbiasa dengan segala yang ada di toko buku ini sehingga Arda tidak perlu lagi bingung mencari rak buku untuk buku yang akan ia beli.
Kali ini seperti biasa Arda datang mencari komik kesukaannya yang baru saja terbit. Sebenarnya sangat membosankan jika Arda harus pergi sendirian seperti ini, tapi sepertinya Atria sedang dalam mood yang tidak baik. Padahal Arda sendiri sudah berencana untuk membelikan Atria salah satu novel yang selalu ia ceritakan akhir-akhir ini.
Memang selalu seperti itu, setiap kali Arda meminta Atria untuk menemaninya maka ia harus memberikan imbalan atas waktu Atria yang terpakai itu. Tidak hanya berlaku bagi Arda saja, karena Arda selalu membelikan Atria sesuatu setiap kali menemaninya, maka Atria juga melakukan hal yang sama kepadanya.
Arda pikir hidup Atria terlalu membosankan karena terlalu terpaku pada satu keinginan. Meskipun Arda tidak begitu yakin dengan keinginan Atria itu, tapi Arda yakin jika Atria memiliki sesuatu yang ingin ia wujudkan. Arda tidak pernah mendengar apa yang ingin diwujudkan Atria atau mimpi Atria, tapi Atria selalu menceritakan kepada Arda bahwa ia ingin bisa ini dan ingin bisa itu, karena itu Arda sering mengajak Atria untuk melakukan banyak hal.
Atria juga orang yang bekerja keras, ketika ia sudah menginginkan sesuatu. Arda masih ingat dengan jelas, waktu itu Atria mengatakan bahwa ia ingin agar dirinya bisa berenang, karena Arda sudah bisa berenang jadi ia tidak keberatan jika ia mengajarkan Atria. Atria memiliki semangat dan tekad yang kuat jika ia menginginkan sesuatu, jadi ia bekerja keras untuk mewujudkan keinginannya itu, dan alhasil Atria bisa mewujudkan keinginannya itu hanya dalam waktu satu bulan.
Dulu, Arda pikir Atria adalah orang yang tidak memiliki impian atau tidak memiliki apa yang ingin diwujudkannya untuk masa depannya. Hal yang membuat Arda berpikir seperti itu adalah karena Arda melihat Atria tidak benar-benar memiliki satu hal yang ia sukai. Arda melihat Atria seperti orang yang sedang mencari apa yang ia suka jadi ia mencoba berbagai macam hal. Memang tidak salah untuk hal itu, toh Atria juga masih muda untuk menemukan mimpinya, hanya saja Arda melihat itu sangat melelahkan bagi Atria, meskipun Atria terlihat baik-baik saja.
Arda berkeliling mencari komik yang akan ia beli, namun ia tidak bisa menemukan komik tersebut. Padahal Arda sudah mendatangi rak yang biasanya ditempati komik, Arda juga sudah memastikan berkali-kali, namun ia masih tidak bisa menemukannya.
"Apa udah habis ya, kenapa bisa habis kan baru dirilis."batin Arda seorang diri, ia masih berdiri di depan rak tersebut.
Saat Arda berdiri di depan rak tersebut, ia melihat seorang perempuan yang memegang komik yang ia inginkan itu. Arda ragu ingin menanyakannya atau tidak, tapi Arda memang sangat menginginkannya. Setelah menunggu beberapa saat, Arda memperhatikan gerak-gerik perempuan itu sebelum ia mendekati perempuan itu.
"Maaf mau nanya, kamu dapat komik itu di mana?" tanya Arda kepada perempuan itu. Perempuan yang tengah memegang sebuah novel dan dua komik itu pun menoleh ke arah Arda.
"Ini?" katanya memastikan komik yang Arda tanyakan itu.
"Bukan, yang satunya."jawab Arda kemudian, menunjuk komik yang ada di tangan perempuan itu.
"Di sana."katanya sembari menunjuk rak yang tadi sudah Arda datangi.
"Apa udah habis?" tanya perempuan itu setelah membaca ekspresi Arda.
"Sepertinya begitu."ucap Arda.
"Soalnya tadi cuma tinggal tiga."kata perempuan itu lagi. Arda hanya mengangguk, sepertinya hari ini bukan hari yang baik untuknya.
"Makasih."Arda kemudian melangkah hendak meninggalkan perempuan itu.
"Apa kamu sangat menginginkan ini?" tanya perempuan itu menghentikan langkah Arda.
Arda menghentikan langkahnya dan berbalik menatap perempuan yang saat ini tengah menyodorkan komik yang Arda inginkan itu. Dalam hati Arda tentu saja ia ingin langsung mengambil komik itu, sebelum perempuan itu berubah pikiran, tapi tentu saja ia tidak melakukannya.
"Enggak terlalu kok."jawab Arda santai.
"Makasih atas tawarannya."ucap Arda lagi.
"Kenalin aku Fidelya, biasa dipanggil Elya." ucap perempuan itu sembari menyodorkan tangannya kepada Arda.
Arda hanya tersenyum simple dan kemudian ia berbalik tak ingin menanggapi perempuan yang ada didepannya itu. Arda tidak harus menanggapi orang yang tidak dia kenal, meskipun perempuan itu sudah memperkenalkan diri, menurutnya itu tidak begitu penting.
"Aku anak baru di sekolah kamu." ucap Fidelya yang kembali berhasil membuat Arda menghentikan langkahnya. Elya bisa melihat itu dari seragam sekolah yang kini Arda kenakan, yang sama dengan seragam sekolah barunya.
"Baru masuk besok sih." ucap Elya kemudian dengan senyuman di wajahnya.
"Apa kamu mau jadi teman aku, soalnya aku enggak kenal siapa-siapa di sekolah nanti."ucap Elya sembari menatap Arda. Tak bisa Elya pungkiri ia terkesima melihat ketampanan Arda, selain itu ada hal yang menarik dari Arda yang membuat Elya ingin menjadi dekat dengannya.
"Kamu bisa kenalan sama anak-anak lain di sekolah besok!"ucap Arda kembali ke sikap dinginnya dan segera bergegas pergi tanpa membiarkan Elya menginterupsi langkahnya lagi.
Elya ingin berbicara lagi, tapi Arda lebih dahulu melangkah pergi. Pertemuan singkatnya dengan Arda membuat Elya jadi senyum-senyum sendiri, ia berharap ia bisa lebih dekat dengan Arda, meskipun sikap Arda tidak begitu ramah kepadanya saat ini. Itu jelas berbeda dengan saat ia menanyakan buku tadi.
Sudah sejak satu minggu Elya berada di kota yang asing baginya ini. Orang tua Elya berada di luar negeri, Elya memutuskan untuk pindah ke kota ini setelah bertemu dengan sahabat Ibunya yang selalu baik kepadanya. Elya sendiri memang tidak ingin terus-terusan bersama orang tuanya yang selalu sibuk dengan pekerjaan mereka, jadi akan lebih baik jika Elya benar-benar hidup sendiri.
Semenjak pindah, Elya sudah menemukan sekolah yang akan menjadi sekolahnya nanti. Hanya berbekal alamat yang diberikan sahabat Ibunya itu, Elya mencari apartemen dan juga sekolah yang terdekat dari situ. Elya sendiri belum mengabari sahabat Ibunya, padahal ia sudah berjanji akan menghubungi sahabat Ibunya jika sudah sampai di kota ini.
Elya ingin menyelesaikan semuanya sendiri dan tidak merepotkan orang lain. Selama Elya bisa kenapa harus meminta bantuan kepada orang lain, lagian selama ini hidup Elya sudah selalu merepotkan orang lain. Jadi kali ini Elya ingin melakukan semuanya sendiri. Orang tua Elya membiarkan Elya pindah karena ada orang yang sangat mereka percayai, kalau tidak, mungkin Elya akan tetap merasa kesepian dan jengkel setiap bertemu sama orang tuanya yang sibuk.