Yoon Sera POV
Hari ini adalah hari pertamaku bekerja. Dibandingkan denganku, entah mengapa eomma lebih semangat. Eomma bahkan mendandaniku. Seperti aku akan mengikuti kencan buta saja..
Bahkan eomma mendandaniku dengan sangat tebal. Bukankah jaman sekarang seharusnya make up terlihat natural?
Eomma berkata aku sangat cantik. Aih, aku sangat tidak yakin.. Setelah aku melihat bibirku yang tampak merah menyala, alis yang tebal, dan bedak yang sangat banyak. Hanya tinggal menambahkan tomat ke hidungku dan aku akan terlihat seperti badut.
Huh! Eomma menyebalkan. Tapi aku tidak tega menghapus makeupnya disini.
Setelah aku siap, aku pamit dengan eomma. Tentunya dengan riasanku yang aneh ini.
Aku berangkat dengan bus. Para siswi SMA melihatku sambil berbisik-bisik.
"Dasar remaja labil.." ucapku pelan.
•
13:53 PM
Setelah sampai di perusahaan, aku segera mengikat rambutku asal dan memakai kacamataku.
Dihari pertamaku kerja saja aku seperti ini, apalagi jika sudah lama? Mungkin tidak akan ada pria yang menyukaiku.
"Riasan apa yang kau pakai itu? Tebal sekali!" teriak pemimpin tim-ku.
Aku baru ingat kalau aku lupa menghapus riasanku. Aku segera ijin pergi menuju toilet.
/dugh!
Tidak sengaja aku menabrak seseorang lagi, duh..
Aku langsung mendongakkan kepalaku dan mendapati laki-laki tinggi berkacamata.
Aku melihat kearah name tagnya. [Sekretaris direktur, Lai Guanlin]
"A- ah maaf, sekretaris Lai.." ucapku.
"Kau tidak perlu menghapus riasan itu jika kau tidak mau," ucapnya tiba-tiba. Aku terkejut mendengarnya.
"A-aku akan menghapusnya, t-terimakasih.." ucapku lalu menuju ke kamar kecil. Aku langsung membasuh wajahku dan menghapus riasanku.
Setelah bersih, aku kembali ke mejaku. Aku melihat sekretaris direktur itu masih berada disini. Ia berjalan ke arahku dan berhenti di dekat kursiku.
"Hei, pekerja baru," panggilnya.
Aku langsung mendongakkan kepalaku.
"Semangat!" sambungnya lagi sambil tersenyum. Aku hanya mengangguk sambil tersenyum bingung dan melihatnya pergi.
Tiba-tiba dimejaku terdapat segelas cappuccino. Aku tidak sadar kapan ia memberikan kopi ini kepadaku. Namun dia benar-benar orang yang baik dan... sangat tampan.
•.
Zhong Chenle POV
"Kelebihanku kan mengerjakan tugas dengan cepat!" kata gadis misterius itu dalam mimpi dan aku langsung terbangun dari tidurku.
Rupanya aku ketiduran di ruanganku. Aku melihat Yiren tertawa melihatku yang terkejut dan terbangun dari tidur.
"Hmmh... kau menertawakanku?" tanyaku.
"Iya lah.. Kau lucu sekali tadi ketika terbangun," jawabnya sembari tertawa.
Aku langsung meregangkan tubuhku. Sepertinya aku kelelahan sampai tertidur.
Ketika aku mengingat mimpi yang tadi kualami, kepalaku menjadi sedikit sakit.
Aku bermimpi memakai seragam sekolah Korea Selatan dan berjalan di sekolah tersebut. Tiba-tiba aku dikejutkan dengan perempuan rambut lurus pendek sebahu. Senyumannya terasa familiar, namun aku tidak melihat pasti wajahnya.
Aku tidak ingat tepatnya aku berkata apa kepadanya, namun ia menjawab, "kelebihanku kan mengerjakan tugas dengan cepat!"
Jika kuingat sepertinya suara itu tampak sama dengan seseorang. Entahlah.. mungkin hanya pikiranku?
•.
Yoon Sera POV
"Tugasnya lebih banyak dari yang kupikirkan, ini terlalu banyak! Sudah jam setengah sepuluh malam dan aku belum pulang.. Ck! Dasar, mentang-mentang senior, seenaknya menyuruh junior mengerjakan tugasnya!" keluhku sambil mengacak-acak rambutku sendiri.
Aku lembur hari ini dan sepertinya aku sendirian di kantor sekarang. Ini adalah hari ketiga aku bekerja di sini. Namun aku sudah mendapat lembur. Aku akan refreshing sejenak dengan keluar dan mencari tempat ngopi.
Bisa dibilang aku melewati lorong yang lumayan gelap. Dengar-dengar ada yang bergosip, kalau di lorong ini ada hantu memakai jas kerja dengan wajah menyeramkan dan tubuh tinggi selalu lewat sekitar jam sembilan sampai sepuluh malam.
Huh.. membayangkannya saja sudah mengerikan. Aku segera mempercepat langkahku.
Tiba-tiba, dari arah berlawanan aku melihat bayangan seseorang yang bertubuh tinggi. Aku takut, namun aku mencoba berpikir positif. Mungkin saja itu pegawai lain.
Tetapi, bukankah semua sudah pulang?
Oh tidak.. suara langkah kakinya semakin terdengar dan sepertinya mendekat ke arahku.
/Tap.. Tap.. Tap.. Tap..
Aku semakin takut mendengarnya. Rasanya aku ingin berbalik arah, namun kakiku bergetar dan membeku tidak dapat digerakkan. Oke, jujur saja aku memang orang yang penakut.
Suara langkah itu semakin mendekat, mendekat, dan tiba-tiba saja sudah berada didepanku.
Wajahnya sangat menyeramkan! Segera aku menutup mataku dan berteriak, "AAAAAAAK!! EOMMAA!! AKU TIDAK MAU MATI DISINI! ENYAH KAU HANTU JELEK!!"
"Pekerja baru? Mengapa kau—"
Aku langsung membuka mataku dan mendapati sekretaris direktur yang memakai masker wajah.
"E-eh maaf.. Memang setiap malam aku memakai ini untuk menyegarkan wajah dari lembur, kau ketakutan ya? Maaf.." sambungnya lagi sambil melepaskan masker wajahnya dan membuang ke tempat sampah dekat sini.
Ya ampun.. masalah apa lagi ini, sekali lagi aku mempermalukan diriku sendiri. Aku tak dapat berkata apa-apa lagi.
"Pekerja baru? Pekerja baru??" panggilnya sambil melambaikan tangannya dekat dengan wajahku.
Aku langsung menatapnya. Ia tampak tertawa melihatku, "kau begitu ketakutan ya?"
"A- aku tidak takut kok! Aku h-hanya malu.." jawabku sambil memegangi pipiku yang mungkin sudah memerah.
"Hahaha.. Emm, hei! pekerja baru! Mau nongkrong bersamaku? Kau mungkin lelah seharian bekerja?" ucapnya sambil memegang tanganku dan mengajakku. Aku terkejut namun aku mengikutinya.
Sambil berjalan, ia bercerita sambil tertawa tentang orang-orang yang terkejut melihatnya tiap ia memakai masker saat melewati lorong tadi.
Bahkan katanya ada pekerja yang pingsan melihatnya. Aku ikut tertawa mendengarnya.
Tak lama, aku dan sekretaris Lai sampai di taman kantor, yang disebelahnya terdapat kantin. Sebenarnya, aku bingung mengapa kantin masih buka di jam segini.
Ia mengajakku untuk duduk lalu ia memesan Latte untuk kita berdua.
"S-sekretaris direktur.." panggilku.
Ia langsung menoleh.
"Aku baru tahu kalau kantin disini masih buka?" ucapku.
Dengan terkekeh ia menjawab,
"aku juga bingung, entahlah, sejak direktur Chenle dan wakilnya disini, kantin selalu buka pada malam hari."
"Mungkin mereka suka ngopi dimalam hari?" ujarku.
"Haha, benar juga.. Tapi, aku yang sudah lama disini dan menyukai kopi tidak pernah membuat kantin buka di malam hari, tuh!" jawabnya lagi sambil terkekeh.
Aku ikut tertawa mendengarnya.
"Hm! Pengaruh pangkat mungkin!" ucapku. Ia langsung mengacungkan jempolnya sambil mengangguk dan tertawa.
"Oh ya, pekerja baru!" panggilnya.
"Kau tidak perlu memanggilku sekretaris direktur.. Panggil saja namaku!" sambungnya tiba-tiba.
"Hee? A- aku tidak bisa.."
"Mengapa? Karena pangkatku lebih tinggi?" tanyanya.
Aku hanya mengangguk perlahan.
"Jabatan, pangkat.. hmm.. jika dilihat memang aku lebih tinggi~" ucapnya sambil tersenyum angkuh.
"Hee? Kau pamer kepadaku?" ujarku.
"Tidak, aku hanya berkata jujur.." ucapnya sambil tertawa.
"Pfft.. kau membuatku merasa kecil tahu!" jawabku sambil terkekeh.
"Hm.. ya walaupun begitu jika aku menganggapmu teman, jabatan dan pangkat tidak penting bagiku. Jadilah temanku, Yoon Sera!" ucapnya sambil tersenyum.
"Tunggu dulu.. darimana kau mengetahui namaku? Aku tidak memakai name tag saat ini.." tanyaku bingung.
"Kau tidak sadar? Aku ikut melihat wawancaramu tadi.." jawabnya.
"Oh ya? Hahaha.."
"Kenapa kau tidak sadar? Aku bahkan paling depan tadi!"
Di malam hari ini, semua beban dari banyaknya tugasku, menghilang begitu saja di kepalaku.
Aku berbincang-bincang dan sesekali tertawa bersama sekretaris direktur. Jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Aku segera pamit pulang kepadanya.
Aku mengambil beberapa berkas dan tugasku untuk dikerjakan dirumah saja.
Entahlah, saat sampai rumah, aku benar-benar belum mengantuk. Aku mengerjakan semua berkas dengan semangat.
Eomma melihatku belum tidur lalu menyuruhku istirahat, namun aku tidak mau tidur malam ini..
Aku sangat bersemangat!
•.
Zhong Chenle POV
Baru hari ketiga aku memimpin, perusahaan ini mengalami beberapa penurunan saham. Sudah sepastinya aku harus bekerja ekstra dan perlu lembur. Aku memfokuskan perhatianku kepada pekerjaanku, tetapi Yiren terus menerus berbicara sendiri dan mengomel.
"Kau akan terus memandangi monitor itu?" tanya Yiren.
"Kau bisa pulang duluan, Yiren.. papa telah membelikan rumah di Korea. Kau bisa menanyakan alamatnya." jawabku.
"Bukan itu maksudku! Kau tidak mau ke kantin bersamaku? Ini sudah jam sepuluh malam dan kau belum makan apa-apa dari siang!" ucapnya lagi.
"Tak perlu mengkhawatirkanku, khawatirkan saja dirimu sendiri."
"Hih! S- siapa juga yang mengkhawatirkanmu!? A-aku hanya lapar dan butuh ditemani! Kau bahkan tidak melihatku saat aku berbicara! Kau jahat!" ujar Yiren kesal.
Aku langsung menatapnya dan berpikir sejenak. Mungkin tugas ini bisa dikerjakan nanti, pikirku.
"Baiklah, sebentar saja, ok?" ucapku.
"Setuju!" jawabnya.
Aku mengangguk pelan. Ia segera tersenyum dan menggandeng lenganku, "ayo!"
Aku hanya mengangguk dan berjalan menuju kantin bersamanya. Sejujurnya aku merasa kasihan dengan penjaga kantin kantor. Karena keinginan Papa, mereka harus pulang malam.
"Chenle! Kau cari tempat duduk dan aku yang akan memesan makanan!" pinta Yiren.
Segera, aku mencari tempat duduk yang sekiranya dekat dengan lorong ke ruanganku. Sembari menunggu, aku memandangi taman yang letaknya dekat sekali dengan kantin. Aku melihat sekretarisku sedang bercanda dan tertawa dengan seseorang.
Awalnya aku tidak mempedulikannya, namun saat kulihat dengan cermat, aku melihat si pegawai baru disana, Yoon Sera.
Iya benar, namanya adalah Yoon Sera. Sekali lagi sesuatu pikiran tidak jelas terkumpul dalam otakku. Aku merasa pernah melihat dirinya, namun di waktu yang lain, jauh sebelum aku bertemu dengannya sekarang ini.
Rambutnya yang sebahu diikat tak rapi dengan tawaannya yang tidak segan-segan untuk bersuara keras. Entah mengapa saat melihatnya aku merasa ingin ikut tertawa. Aku tidak pernah merasa begini sebelumnya. Tanpa kusadari, senyumanku mengembang setelah melihatnya tertawa.
"Hei! Hei?! Chenle!" panggilan Yiren membuyarkan lamunanku.
"Mengapa kau tersenyum sendiri seperti itu?" tanya Yiren.
Aku menggelengkan kepalaku,
"Hah? t-tidak.."
"Jelas-jelas kau tersenyum lebar tadi.." ucap Yiren pelan.
Aku hanya tersenyum tipis.
"Hmm, yasudah ayo makan.." ajak Yiren sembari mengambil sumpitnya.
"Kau memakan ramyeon? Ini sudah tengah malam, Yiren.. Wajahmu akan membengkak besok," ucapku sambil memegang tangannya.
"Hmm.. benar juga, aku lupa.." jawab Yiren sambil tertawa kecil.
"Kalau begitu bungkus saja Ramyeonnya dan berikan nanti kepada pekerja di rumah.." saranku. Yiren mengangguk.
"Kalau begitu bagaimana jika kita langsung pulang saja? Aku ingin makan yang lain saja," tanya Yiren.
Aku segera melihat ke jam tanganku dan mendapati bahwa sekarang telah tengah malam. Aku tidak bisa membuat Yiren terlalu lama disini. Jadi aku mengangguk dan berniat untuk pulang juga. Aku segera mengambil kunci mobil di saku celanaku dan mengajak Yiren untuk pulang.
Di perjalanan pulang, kami saling berbincang-bincang satu sama lain. Jujur, aku merasa nyaman bersama Yiren, tetapi aku merasa seperti ada sesuatu dengan pegawai baru itu?
Entahlah..