Yoon Sera POV
"Nona Yoon, sepertinya kau sudah tidak perlu ke sini lagi," ucapan psikiaterku itu membuatku mengembangkan senyuman.
Sebenarnya, aku tidak ingat mengapa aku sampai ke psikiater ini.
Aku hanya mengingat bahwa aku memiliki suatu trauma yang membuatku sangat ingin melupakannya.
Entahlah.. Apa yang terjadi sebenarnya? Aku melupakan hampir semua hal dan kata eomma, aku harus menjalani hidup baru.
Setelah dari psikiater itu, aku segera menuju ke tempat kerjaku. Dengan penuh semangat, aku berlari ke halte bus dan tepat saat sampai, bis nya datang. Aku duduk di kursi paling belakang.
"Masih jam sebelas kurang, aku masih ada waktu.." gumamku lalu tersenyum.
Tiba-tiba, supir bis membelok mendadak dan membuat seseorang di depan kursiku yang tertidur langsung terjatuh.
Aku terkejut melihatnya. Setelah kucermati, orang itu adalah orang yang kukenal.
Sekretaris Lai Guanlin!?
Ia jatuh sampai nyungsep begitu. Jujur saja aku ingin tertawa melihatnya. Bahkan orang-orang yang melihatnya tertawa terbahak-bahak.
Aku mengurungkan niatku untuk tertawa lalu membantunya berdiri.
"Hhmm... Yoon Sera?" tanyanya.
"Pfft.. Kau memalukan, sekretaris Lai," ujarku sambil menahan tawa. Ia langsung tersadar dan melihat sekeliling.
Wajah dan telinganya seketika langsung memerah. Kurasa ia merasa sangat malu. Aku pun tidak dapat menahan tawaku.
"Kau menertawakanku?!" teriaknya sambil memasang ekspresi yang seperti didramatisir namun malah membuatku semakin tertawa.
Tak terasa sudah sampai saja di perusahaan. Aku dan Sekretaris Lai segera turun dari bus dan menuju ke perusahaan. Kami berjalan bersama, terlihat sekretaris Lai seperti ngambek kepadaku. Mengingat tadi aku menertawakanya.
Tak jauh dari halte bis, akhirnya sampai di perusahaan. Aku langsung menuju ke ruang kerjaku dan dia ke ruang kerjanya.
"Yoon Sera.." panggilnya tiba-tiba saat aku berjalan berlawanan arah dengannya. Aku segera menoleh.
"Em..Ekhm.. begini— hmm.." ucapnya sambil sesekali berdehem. Aku hanya menaikkan alisku, penasaran.
"Ba- bagaimana jika kita berangkat bersama di esok hari?" sambungnya.
Aku mengangguk dan memberikan senyuman kepadanya, "oke!" jawabku sambil mengacungkan jempol.
Ia tersenyum dan melambaikan tangannya ke arahku sambil pergi menuju ruang kerjanya.
Beberapa menit kemudian ketua tim kerjaku memanggilku, "hei! junior!" aku segera beranjak dari kursiku dan mendatanginya.
"Ada yang bisa saya bantu, pak?" tanyaku.
"Kau, fotokopi berkas ini sekali, lalu berikan pada direktur.." perintah ketua tim kerjaku itu sambil menyodorkan salah satu berkas dari meja kerjanya.
Aku terkejut mendengarnya, "s-saya bertemu d-direktur?" tanyaku tak percaya.
"Ada apa? Kau tidak mau?"
Tentu saja aku tidak bisa menolak kesempatan emas ini. Pegawai baru sepertiku ini bertemu dengan direktur!? Itu adalah hal yang besar bagiku!
Aku segera menjawab, "tidak! Saya akan pergi mengantarkannya!" jawabku semangat sambil mengambil berkas yang disodorkan ketua tim kerjaku itu. Aku segera pergi menuju tempat fotokopi, lalu memfotokopi berkas ini.
Aku sering sekali mendengar gosip para pegawai senior yang berkata bahwa direktur memiliki wajah yang rupawan. Haha, bukannya aku ingin mencari lelaki untuk berkencan. Aku hanya penasaran saja.
Selesai memfotokopi berkas, aku membawa berkas asli dan fotokopiannya untuk diberikan ke direktur.
Aku mengetuk pintu kantornya sekarang. Ada campuran rasa gugup dan takut, namun aku mengabaikannya.
"Masuk," jawab direktur dari dalam ruang kantornya.
Aku membuka pintu dan terkejut, ternyata orang yang pernah tak sengaja kutabrak dulu adalah direktur!?
"Kenapa kau berdiam diri disitu?" tanyanya dingin.
"E-eum, ini," jawabku sambil berjalan ke arahnya dan memberikan berkas dan fotokopiannya.
Ia langsung memeriksa berkas-berkas itu dan sesekali tersenyum.
"Kau tidak perlu tegang seperti itu.." ucapnya tiba-tiba sambil tertawa kecil dan senyumannya yang menurutku sangat eum.. tampan. Sangat beda dengan tadinya yang terkesan dingin.
"Apakah sifat dingin cocok untukku? Aku beberapa kali membaca buku novel dan menonton drama, sepertinya direktur yang bersifat dingin terlihat lebih tampan..?" tanyanya tiba-tiba sambil tersenyum.
Spontan aku menjawab, "direktur tidak perlu seperti itu, tidak cocok dengan direktur.."
Direktur langsung menatap ke arahku, aku langsung menutup mulutku. Apa yang aku katakan barusan..
"Hmm, baiklah, kalau begitu kau yang menjadi tokoh utama dalam ceritaku.." jawabnya sambil tersenyum.
"...., Maaf??" entahlah, mungkin aku salah dengar atau mungkin salah artian?
"Hanya perumpamaan sebagai direktur dan pegawainya—Ekhm.. m-maksudku, aku ingin kau saja yang mengantarkan berkas kepadaku mulai sekarang.."
•
"Hmm.. baiklah, kalau begitu kau yang menjadi tokoh utama dalam ceritaku.."
Ucapan direktur tempo hari masih terngiang dalam kepalaku. Aku merasa pernah mendengar perkataan tersebut sebelumnya. Maksudku sebelum aku diterima bekerja disini. Tapi dimana? Mengapa kata itu sangat familiar?
"Hei, mengapa kau melamun begitu?" tanya sekretaris Lai sambil menepuk pundakku dari belakang dan membuatku terkejut karena baru menyadari kehadirannya.
"Kau sudah mutar-mutar disekitar taman dari tadi, ada apa denganmu?" tanyanya lagi.
"Hah? Tidak apa-apa," ucapku sambil tersenyum. Sekretaris Lai langsung mengangguk dan ber-oh saja.
"Kau menyukai direktur ya? Kau terbawa perasaan dengannya?" tanya sekretaris Lai tiba-tiba.
"H-hah?" tanyaku terkejut mendengar perkataan sekretaris Lai tadi.
"Sebenarnya tadi aku ingin menemui direktur tapi kau berada disana lebih dulu, jadi aku menunggu diluar. Kebetulan kau tidak menutup rapat pintu kantor dan aku mendengar percakapan kalian.. Setelah dari situ aku melihat kau seperti salah tingkah begitu," jelas sekretaris Lai.
"Benarkah?? Apakah aku terlihat salah tingkah!?"
Sekretaris Lai langsung tertawa melihat tingkahku. Seketika aku langsung terdiam.
"Hei, mengapa panik seperti itu? Aku hanya bercanda. Kau tidak terlihat salah tingkah, kau malah terlihat seperti merasa direktur adalah orang yang aneh," ucapnya sambil tertawa.
Huh! Rasanya aku ingin memukul orang ini. Tapi mengingat sekretaris Lai merupakan sekretaris direktur, aku mengurungkan niatku dan memilih untuk pergi meninggalkannya saja.
"Hei! Tunggu!" panggilnya sambil mengejarku. Aku semakin mempercepat langkahku hingga berlari.
Namun keberuntungan tidak berpihak kepadaku. Kaki sekretaris Lai yang panjang membuatnya bisa berlari lebih cepat dan menggenggam tanganku.
Dalam waktu yang sama direktur dengan beberapa pegawai menuju ke arah yang berlawanan dengan kami. Ia menatap ke arahku sesaat sambil berjalan.
Aku langsung menyenggol lengan sekretaris Lai, "hei, kau tidak mengikuti direktur?" tanyaku.
"Entahlah.. Sejak kemarin-kemarin dia tidak mau mengajakku sama sekali. Aku tidak ikut perjalanan bisnisnya hari ini," jelasnya. Aku hanya ber-oh saja.
"Yoon Sera.."
"Ada apa?" Tanyaku.
"Kau jangan menyukai direktur, ya?"
Tanpa sadar aku langsung memukul lengannya, "yak! kau gila? Ngapain juga aku menyukai direktur aneh itu!" teriakku.
Sadar apa yang aku perbuat tadi, aku segera menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku.
"Woah.. kau berani sekarang ya.. meneriaki sekretaris direktur.." ucap sekretaris Lai sambil sesekali bertepuk tangan dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
"M-maafkan aku.." lirihku.
"Aku tidak akan memaafkanmu, Yoon Sera!" jawabnya sambil berjalan meninggalkanku.
Aku langsung melepaskan kedua telapak tanganku dari wajahku dan melihat sekretaris Lai yang kini berjalan pergi. Baru saja ia berjalan beberapa langkah, ia langsung berhenti dan menoleh.
"Kecuali kau mau meluangkan waktu untuk pergi bersamaku sore ini.." sambungnya lagi sambil menoleh dan tersenyum jahil.
Aku jadi menyesal karena meminta maaf kepadanya. Huh! Menyebalkan!
Ia langsung melanjutkan langkahnya sedangkan aku mengejeknya dari belakang.
"Sekretaris macam apa itu? Yaish.. benar-benar.." omelku.
•.
Zhong Chenle POV
"Chenle, arsitek itu bertanya padamu. Kau tidak menjawabnya?"
"Chenle? Heii! Kau mendengarku kan? Chenlee.." Yiren langsung menyenggol lenganku dan membuatku tersadar dari lamunanku.
"Ah—maaf, bisa tolong diulangi?" jawabku kepada arsitek yang berada di depanku.
"Apakah direktur Zhong setuju bekerja sama dengan kami? Kami sudah membuat banyak sekali gedung cabang perusahaan di Jepang dan Amerika. Wakil direktur Wang merekomendasikan saya kepada anda," jelasnya padaku.
Yiren langsung memberikan beberapa kertas kontrak kerjasama kepadaku. Aku membacanya dan pada akhirnya aku menandatanganinya.
Aku masih mengingat kejadian tadi. Aku melihat pegawai baru itu bergandengan dengan sekretaris Lai.
Entahlah, aku terus menerus memikirkan hal itu padahal itu sama sekali bukan urusanku dan tidak penting.
"Kau kenapa? Kau kecapekan? Kau bisa beristirahat dulu.." ucap Yiren. Aku hanya mengangguk.
"Yiren.." panggilku.
"Hmm? Kenapa?"
"Aku ingin berkata jujur kepadamu tentang segala hal.."
•.
Yoon Sera POV
'Aih! Setelah pulang kerja harus pergi dengannya!? Untung saja dia sekretaris direktur, kalau bukan mungkin aku akan mematahkan semua tulangnya,' omelku dalam hati.
"Yoon Sera~" dengan suara menyebalkannya itu, dia memanggilku dari belakang. Dia seperti sudah sangat siap untuk pergi. Ia bahkan memakai mantel musim dingin, padahal hari belum bersalju.
Sebenarnya aku ingin melarikan diri saat ini. Namun rencananya gagal total. Kukira ia akan lupa dengan janjinya. Aish!
"Yoon Sera.. Kau mau pergi kemana? Kau tidak melupakan janji kita bukan..?" tanyanya dengan ekspresi sedih yang dibuat-buat.
Aku tidak percaya, mengapa orang aneh ini bisa lebih tinggi jabatannya denganku. Menurutku, dia tidak ada keren-kerennya.
"M-maksudku, aku menunggumu disini.." jawabku ber-alasan.
"Benarkah? Aku melihatmu berjalan cepat keluar gedung."
"Aah! Baiklah-baiklah! Bisakah kita cepat pergi saja!?" tanyaku yang mulai emosi.
"Woah.. sekarang kau benar-benar berani denganku?" jawabnya, seperti biasa dia sambil sesekali tepuk tangan dan menggelengkan kepalanya.
"Iya! Kenapa?!"
Bukannya marah, melainkan ia tertawa terbahak-bahak mendengar perlawananku tadi.
"Imut.." ucapnya pelan sambil tertawa. Aku mendengarnya.
Ah dasar, sekretaris aneh! apakah benar ia mengucapkan hal itu atau aku yang salah dengar!?
"Apa yang kau pikirkan? Ayo, kau ingin pergi sekarang bukan?" ucapnya lagi sambil terkekeh.
Ia lalu mengajakku ke tempat parkir dimana mobilnya diparkirkan lalu memasuki mobilnya.
Ha! Aku heran, mengapa ia naik bus saat itu. Padahal ia memiliki mobil yang sangat mewah ini.
"Kita mau kemana?" tanyaku sambil memasang sabuk pengaman.
"Taman Namsan. Aku ingin berjalan disana denganmu, selama ini aku belum pernah berjalan-jalan disana.." jawabnya.
"Jadi kau mengajakku ke sana karena kau malu berjalan sendirian?"
Ia langsung menjawab, "aku hanya ingin pergi ke tempat indah denganmu."
Aku langsung terdiam mendengarnya. Apa maksudnya ini? Bukannya aku tidak tahu, tapi aku.. ah sudahlah..
"Kau kan temanku, aku ingin mengenalmu lebih jauh dan pergi bersamamu di tempat yang indah, bagaimana jika kita jalan-jalan hari ini?"
Ha! Yoon Sera, ingat! Sekretaris Lai hanya menganggapmu sebagai teman. Kau jangan terlalu geer..
"Iya.." jawabku.
Ia segera memarkir mobilnya di dekat taman Namsan lalu mengajakku berjalan mengitari taman Namsan.
Tak terasa hari sudah mulai gelap. Lampu-lampu mulai dinyalakan. Menara Namsan juga mulai bercahaya. Aku berdecak kagum melihat keindahannya.
Sekretaris Lai tiba-tiba memegang tanganku lalu memasukkannya ke dalam kantong mantel musim dinginnya itu. Aku langsung menoleh kearahnya.
"Kenapa kau ceroboh sekali sih? Ini kan akhir November dan kau tidak bersiap memakai mantel musim dingin??" omelnya.
Bersamaan dengan itu, salju pertama muncul diantara kami. Aku tidak sadar kalau ini sudah memasuki musim dingin.
Salju hari pertama, aku menikmatinya dengan sekretaris Lai dan bukannya dengan kekasihku.
"Yakk!! Kau merebut posisi kekasihku dimasa depan! Masa aku menikmati salju pertama denganmu!" teriakku spontan. Ia masih sama saja, ia masih tertawa setiap aku marah.
"Kau tidak akan pernah tahu masa depan, bisa jadi nanti kau akan bersamaku.." ucapnya sambil terkekeh.
"Haah membayangkannya saja membuatku sakit kepala.."
"Yasudah, karena kau tidak membawa mantel musim dingin, kita sudahi saja perjalanan ini.. Jika kau sakit, siapa yang akan menemaniku lembur.."
"Aih.. tidak perlu dijelaskan seperti itu, lagipula siapa yang ingin berlama-lama denganmu di tempat seperti ini.." cibirku.
Sekretaris Lai tidak menghiraukan cibiranku melainkan hanya memegangi tanganku dalam kantongnya supaya aku merasa hangat.
Jika kubilang aku tersentuh dengan perlakuannya sih iya. Namun jujur aku belum siap untuk memiliki kekasih. Haha, Yoon Sera.. kau ini mengada-ngada.
Tak terasa kami sudah sampai di mobil. Sekretaris Lai langsung menyalakan penghangat ruangan di mobil. Membuatku merasa lumayan nyaman.
"Aku ingin lebih banyak mengenalmu, bagaimana jika kita berbicara di mobil saja?" tanyanya.
"Seperti akan diinterogasi saja, huh.."