"Memangnya siapa cowok itu? Kalian saling kenal dengannya?"
Kedua gadis itu menggelengkan kepala, serentak. "Tentu saja tidak. Seumur hidup baru ketemu sekali dan di kampus ini. Tapi kayaknya orang itu kenal kamu, Mel."
"Lah kok jadi aku yang dicari? Bukannya cowok itu tak sengaja menabrak kalian berdua?"
"Itu benar. Bahkan cowok itu gak mau menyerah dan terus bertanya-tanya tentang dirimu. Udah kayak orang gila dan mencurigakan, kan? Beruntung tadi ada pak satpam mendengar teriakan kami. Mungkin sekarang cowok itu dijatuhi hukuman."
"Hmm… tapi cowok itu siapa, ya? Aku gak punya teman SMA maupun SMP di kampus ini. Masak tiba-tiba ada yang mencariku?"
"Kami tak tahu namanya, tapi cowok itu tahu namamu dan berusaha mencarimu. Mungkin kau melupakan sesuatu tentangnya."
"Hmm… udah lah lupain aja. Nanti juga tahu sendiri kalau gak sengaja ketemu lagi."
"Gak bisa gitu. Cowok yang mengenalmu telah berbuat mesum pada kami. Masak iya kamu diam aja? Coba berbuat sesuatu dikit, kek." Kedua gadis itu tak terima jika mereka dilecehkan begitu saja.
"Udah, udah. Kalian bilang cowok itu telah diamankan oleh pak satpam, kan? Kalau begitu serahkan saja pada pak satpam itu. Aku paham kalian merasa dilecehkan tapi jika dipikir-pikir lagi cowok itu tak bermaksud buruk pada kalian. Mungkin kalian langsung memotong ucapannya dan tak mendengar alasannya."
"Lah, kenapa kamu jadi membela mereka?"
Kemudian keributan para gadis itu hampir menyamai suara sound system yang terpasang di setiap sudut halaman. Gadis bernama Amelia itu hanya menghela napas, sembari menyeruput minuman yang ia beli di kantin kampus.
…
Setelah berpisah dengan Zia dan Fajar, kini Arya dan Fahrizul kembali ke regunya. Semua regu nomor 93 telah menunggu kedatangan mereka, namun tak satupun dari mereka yang menyambut kedatangan mereka berdua.
"Kak Emmanuel mana, Mi? Kok gak kelihatan sama sekali?" tanya Fahrizul pada Fahmi. Seketika Fahmi langsung mengalihkan pandangannya dari layar handphone.
"Oh, Kak Emmanuel baru ke kamar mandi. Kau dari tadi juga dicari olehnya. Dari mana saja kalian berdua?" Fahmi bertanya balik.
"Ini, Si Izul minta makan di warung depan kampus. Katanya nasi kotak pemberian gak mengenyangkan sama sekali. Ya udah aku turuti saja daripada orangnya mati kelaparan," balas Arya, nadanya terlalu ngegas.
"Oh, jadi kau tak ikhlas menemani teman-temanmu?" Fahrizul langsung membalas Arya. Seketika Arya menutup mulutnya.
"Kan ada makanan ringan yang dibawa Guesty. Kamu bisa minta sama dia. Lagi pula camilan itu untuk satu regu."
"Gak ah. Sekelas nasi kotak aja gak mengenyangkan, apalagi Cuma camilan."
"Ya udah besok kau bawa camilan satu ember dari rumah, kalau perlu tambah ember satu lagi untuk nasi. Aku jamin kau pasti tak kekurangan pangan, tapi setelahnya kau pasti langsung diare," balas Fahmi sembari tertawa. Arya pun juga ikut tertawa terbahak.
"Punya teman gak ada akhlaknya sama sekali," kata Fahrizul
"Masih mending. Daripada punya teman rakusnya gak ngotak. Udah gitu masih ngeluh kekurangan." Balas Arya, membuat Fahmi semakin terbahak-bahak, hampir menjatuhkan handphone-nya.
Ketika mereka sedang asyik bergurau, Mahasiswa Pendamping (MP) mereka datang sembari membawa pengumuman.
"Sudah berkumpul semua, kan?" tanya Emmanuel pada seluruh anggota regunya.
"Udah, kak," jawab Guesty, mendahului teman-temannya.
"Sebelum kita menyaksikan pertunjukan dari UKM, aku mau mengingatkan kalian sekali lagi. Jika kalian minat untuk mengikuti kegiatan UKM di kampus. Kalian bisa mendaftar langsung di stand UKM yang ada. Jika ada yang tak minat bergabung UKM juga tak apa, siapapun tak berhak memaksa kalian untuk mengikuti kegiatan kampus."
Seketika Arya terlupa dengan niatnya mendaftarkan diri di kampus ini. Arya mendengar dari teman SMA-nya jika kampus ini memiliki tim basket yang sangat kuat. Lalu Arya bangkit dari tempatnya dan meninggalkan regunya.
"Yak, mau kemana?" tanya Fahrizul penasaran. Fahmi tak sengaja mendengar percakapan mereka berdua.
"Aku mau daftar UKM olahraga. Lupa daftar tadi padahal mampir minta cap paling pertama."
"Tunggu aku juga ikut. Sekalian daftar."
"Hohoho, aku juga ikut ." Akhirnya Fahmi dan Fahrizul mengikuti Arya mendaftar UKM.
"Kalian juga mau daftar UKM olahraga?" tanya Arya penasaran.
"Gak lah, ngapain. Aku mau daftar UKM musik. Nanti temenin aku daftar lo. Sebagai gantinya aku temenin kamu daftar juga. Kamu pasti malu kan, berjalan sendirian dikerumunan kayak gini?"
"Kata siapa coba. Aku daftar sendiri juga bisa kali, gak harus ditemenin."
"Udah sekalian jalan bareng lah. Mumpung sama-sama mau daftar UKM."
Kemudian mereka bertiga berkunjung ke stand UKM olahraga. Setelah mengantri cukup panjang, Arya mendaftarkan diri UKM olahraga.
"Mau ambil olahraga divisi apa, dik?" tanya kakak tingkat mereka yang menjaga stand UKM olahraga.
"Basket, kak."
"Oke, sebentar ya. Sebelum itu, isi persensi dulu. Tulis nama kamu dan nomor handphone. Nanti akan diundang oleh divisi basket untuk perkenalan dan pertemuan pertama." Kemudian ia masuk ke stand mengambil semacam formulir. Arya mengisi persensi itu dengan bolpoin sembari berdiri.
"Emang kamu bisa main basket, Yak?" tanya Fahmi penasaran.
"Mungkin Arya Cuma iseng-iseng mencoba. Entar lama-lama juga keluar sendiri kalo udah gak betah," balas Fahrizul sembari menggelengkan kepala.
"Berisik lah. Nanti aku ceritain yang sebenarnya kalian malah gak percaya."
Tak lama kemudian, kakak tingkat itu kembali dan memberikan Arya formulir.
"Diisi ya dik, jangan lupa hadir di rapat pertama. Nanti akan dibuatkan group WhatsApp khusus divisi basket."
"Terima kasih, kak."
Kemudian mereka meninggalkan stand UKM olahraga, lalu mengunjungi UKM musik untuk Fahrizul dan UKM Fotografi untuk Fahmi secara bergantian. Setelah semua selesai, mereka kembali ke tempat regu berkumpul.
"Kalian memang aneh, ya. Mengambil kuliah olahraga tapi memilih UKM musik dan fotografi," kata Arya sama sekali tak tahu keinginan mereka.
"Aku memang masuk jurusan olahraga. Tapi hobiku banyak, gak sekedar membuang keringat dan menghabiskan waktu seharian dengan bola," jawab Fahrizul sembari menengadahkan kepala.
"Kau sendiri juga aneh, Yak. Katanya udah jago main basket tapi masih aja masuk divisi basket. Kebingungan milih UKM karena terlalu banyak opsi?"giliran Fahmi bertanya.
"Alasannya sederhana. Aku mau jadi Atlet basket suatu saat nanti. Kalau bisa menjadi pemain basket di Amerika."
"Oke, berhenti, berhenti. Dilarang bermimpi terlalu tinggi. Takutnya kalau jatuh gak ada yang mau nangkap." Fahrizul seenak jidat menghentikan Arya.
"Tadi mau bilang apa, Yak?" Fahrizul mengganti topik pembicaraan.
"Hmm? Yang mana?" Arya cepat sekali merupakan pembicaraan sebelumnya.
"Itu lo, katanya kamu bisa main basket. Memang sejak SMA kau udah bisa main basket?" tanya Fahmi, mengingatkan kembali.