Mickey menggelengkan kepala. Tatapannya tak beralih sedikitpun dariku. "Tidak ada gunanya bagiku menipumu, saat tuanku sudah memberikan seluruh waktunya untukmu." Seketika mataku memanas, aku kesulitan untuk bersuara, bahkan sekedar menelan saliva pun terasa sulit.
"Ketika ayahmu meminta dia untuk membunuhmu, dia memainkan dua peran menggunakan sihir ilusinya. Dia berada di pihakmu, juga pihak ayahmu," ucapannya membuatku tak bisa lagi menahan air mata. "Kau sangat berarti untuk orang lain, walaupun seluruh keluargamu tidak menginginkanmu. Ada orang-orang di sekitarmu yang akan memberikan apapun untukmu, jadi anggaplah dirimu berharga juga".
Kini, Mickey mendekat lagi, kedua kaki depannya menyentuh tanganku. "Aku masih di sini bersamamu, menggantikan tuanku," ujarnya terdengar tulus.