Ayahku yang entah sejak kapan berdiri bersama mereka, berjalan ke arahku. "Jangan membuat semuanya menjadi semakin sulit," ucapnya dengan nada datar.
"Jadi ini tujuan dari semuanya? Kau juga terlibat? Semua hal yang sudah terjadi adalah drama yang kau buat?," ucapku dengan suara meninggi, "apa sebenarnya maumu?." Ayah hanya bergeming, dan itu membuatku semakin muak padanya.
"Kau sudah membuat masa kecilku dan kakak menjadi sangat sulit. Kau juga selalu menyakiti ibuku, tapi sepertinya itu masih belum cukup untukmu. Kau masih saja membuat ulah, namun kau tidak menyadari siapa dirimu sebenarnya!" aku mengatakan semuanya agar dia semakin tahu, seberapa buruknya dia di mataku. "Sedikitpun aku tidak bisa menjadikanmu sebagai panutanku," ucapku kecewa.
Ayah hendak memukulku, tapi dengan sigap aku segera menahan tangannya. "Tidak semudah itu menyakitiku! Aku sudah bukan anak kecil lagi," ucapku marah.