Chapter 77 - Hati-hati

Aku mengangguk, "Iya, kau benar. Dia adalah seniorku," jawabku mantap, "Dua belas tahun lalu, aku bolos jam pelajaran. Dia akan selalu mencariku, ketika tak mendapati aku berada di dalam kelas. Waktu itu, dia datang dengan membawa roti dan susu kotak. Kami biasanya makan bersama di taman, di depan taman kanak-kanak yang ada di samping sekolahku," seperti menantang untuk membuka luka lama, aku malah menceritakan hal ini pada Naar.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi, hingga Antonie datang ke taman itu dan membunuh tiga orang yang ada disana. Tragedi itu layaknya mimpi buruk yang aku alami seumur hidupku, yang berusaha aku sembunyikan. Aku tidak mau orang lain melihat kelemahanku. Karena setiap aku mengingatnya, aku seperti berada di titik terendah hidupku," aku menghapus air mata yang entah sejak kapan membasahi pipiku. Aku tidak peduli jika saat ini, orang-orang yang ada di sekitar sedang melihat ke arah kami.

This is the end of Part One, download Chereads app to continue:

DOWNLOAD APP FOR FREEVIEW OTHER BOOKS