Aku terbangun hanya sekitar dua jam setelah tidur. Mengintip dari jendela, ketika samar aku mendengar suara anak panah yang menghujam ke sasaran. Ruanganku memang berada di belakang papan sasaran panah, sehingga saat ini aku bisa melihat Yoru sedang berlatih memanah, 'Kurasa, dia sudah gila,' batinku jengkel, karena waktu istirahatku terganggu.
Menghela napas panjang, aku putuskan untuk menghampiri laki-laki dingin itu, sambil membawa tanaman anggrek bulan putih yang sudah aku siapkan, "Yoru," panggilku pelan, yang membuatnya menurunkan busurnya saat sedang membidik, kemudian melihat ke arahku dengan tatapan kesal.
Aku mengacuhkan tatapannya dan tetap berjalan menghampirinya. Berusaha tersenyum semanis mungkin, meskipun saat ini aku sangat takut. Aku tahu bahwa aku akan terkena masalah, "Untukmu," ucapku sambil memberikan anggrek bulan itu padanya.
Dia melihat bunga anggrek itu bergantian denganku, "Apa ini?," tanyanya.