Soran, begitu Azalea menyebut nama tempat ini. Jika tidak salah mengingat maka di tempat inilah nanti Naar akan ditugaskan. Saat ini dia tengah pulang ke kampung halamannya. Dia mengatakan hal tersebut di ruangan Azalea saat dia berpamitan. Soran adalah sebuah kota pelabuhan. Aroma asin air laut dan suara camar menyambut kami begitu sampai. Puluhan layar menyembul dari kejauhan berwarna gading dengan tiang-tiang penyangganya. Riuh orang-orang memenuhi jalan yang sempit berlalu lalang membawa tong-tong kayu besar juga kereta yang penuh dengan bilah logam hitam berkilau .
Sepasang tebing tinggi menjulang di kedua sisinya. Mengapit tempat ini dengan hutan lebat di atasnya, juga memisahkan dari dunia luar. Sebuah celah yang dibuat dengan melubangi tebing menjadi jalan satu-satunya menuju Soran yang kami lewati. Dengan alas bebatuan putih berjenis kapur.