"Baiklah kalau begitu," dia bangun dari kursinya membungkuk di depan Azalea kemudian pergi. Aku melihatnya yang menutup pintu itu pelan. Ingin rasanya aku mengejarnya, tapi tempatku sekarang adalah disini.
Ruangan ini menjadi hening, tidak ada yang memulai obrolan hingga Azalea bangun dari kursinya dan meninggalkanku sendiri dengan puluhan awetan burung hantu di ruangannya. Api dari lampu minyak berapa kali tertiup angin dari jendela yang dibuka, membuat bayangan seseorang bergerak. Bayangan yang tak kukenali. 'Itu bukan aku,' hanya satu hal tersebut yang ada di kepalaku. 'Tapi aku harus menerimanya'
...
Siang itu aku akan pergi bersama Azalea, sebuah kereta menunggu kami dengan beberapa pengawal yang sudah bersiap.