Dia memiliki nama asli Shashin yang bermakna lukisan. Orang tuanya berharap agar dia seperti lukisan pelangi yang dihasilkan dari bongkahan es di tempat tinggalnya. Hingga siapapun yang melihat akan mengaguminya.
Kagum kurasa, jika belum mengetahui sifat aslinya. Tapi, saat sudah mengetahuinya aku ingin menjitak kepalanya setiap waktu agar paling tidak itu bisa mengurangi sifatnya yang menyebalkan dan suka ingin tahu. "Kau sepertinya sangat sering datang kesini," aku berasumsi dari palang kayu yang dia buat. Kami duduk di pinggir pintu keluar goa ini dengan sebuah palang kayu yang sekiranya membuat kami aman dan tidak terjatuh ke bawah sana. Meski aku ragu akan mendarat dimana kami nanti. Dia membuat tempat kecil ini cukup nyaman dengan dudukan dari batu yang disusun, juga sebuah lampu minyak yang nampak baru. "Kenapa?".
"Apanya?"