Setiap kali aku melihat Mickey, kini aku tidak lagi mendapati kucing gendut dengan bulu jelaga yang dipenuhi lemak. Dia lebih mirip armadilo dengan kepala seekor paus, serta kuku pada keempat kakinya yang sangat panjang dan hitam. Sepasang kaki yang lain memiliki kuku-kuku yang lebih kecil, hanya saja tetap terlihat menyeramkan.
Aku keluar menuju halaman depan rumah Akasma, disana tidak ada apapun, hanya sebuah lampu minyak yang diletakkan pada tiang kayu yang cukup rendah. Pepohonan yang lebat di depan rumah membuat tempat ini berkesan seperti terkucilkan.
"Kau sudah bangun" aku terjingkat saat seseorang menepuk bahuku, juga suara rendah dan serak yang terdengar oleh telingaku. Akasma berdiri di belakangku dengan senyumnya yang ganjil.
"Aku mau pamit," ucapku cepat. "Kami harus pulang atau Azalea akan mencari kami" aku segera menggendong Mickey dan membangunkannya.