"Iya. Tunggu sebentar, Tha" dia mengambil sesuatu dari tas kulit yang dia bawa. Itu adalah secarik kertas. Ekspresinya pun kemudian berubah sangat senang.
Kereta kami menikung di sebuah belokan, memasuki gang yang lebih kecil dengan lalu lalang orang yang lebih padat. Di depan sebuah pondok sederhana, dia memintaku turun. Aku rasa kami sudah sampai. Kakiku rasanya kesemutan, dalam perjalanan aku terus menekuknya karena dingin. "Tunggu sebentar, aku akan menitipkan kereta"
"Eh?" kami belum sampai sepertinya.
Dia masuk ke dalam pondok kayu yang rendah. Karena penasaran, aku pun mengintipnya dari luar. Dia sedang berbicara dengan seseorang yang bertubuh sangat besar dan penuh tato, serta luka yang terlalu mengerikan. Ada begitu banyak sekali orang disini, rata-rata mereka membawa senjata dan penampilan yang sangat mengerikan. Aroma tempat ini juga tidak kusuka; terlalu kuat, dan entah kenapa membuatku pusing dan mual.
