"Itu tidak mudah, Tha." Shashin berkata dengan pandangan lurus ke depan. "Ayahmu bukan seperti kita. Meskipun dia diasingkan dan dikucilkan dari kelompok penyihir lain, hukum tidak berlaku untuknya. Dia adalah putra Tetua terdahulu. Sedangkan Antonie, dia sudah mendapat balasan atas perbuatannya."
Kini, dia mengalihkan pandangannya ke arahku sambil tersenyum. "Kau keren! Bisa membunuhnya. Aku saja mungkin tidak akan mampu."
Aku anggap itu adalah pujian. Meski menurutku, itu terdengar seperti aku sangat barbar, karena telah melakukan pembunuhan. Aku lega karena ini bukan di tempat tinggalku, karena jika aku ketahuan telah membunuh seseorang, aku pasti sudah dihukum seumur hidup. "Aku mungkin akan tinggal disini lebih lama lagi," ujarku.
"Kau bisa melakukannya, tapi itu tidak baik untukmu" Aku terkejut mendengar ucapan Shashin.