Dalam langkah kakiku berlari, aku sempat menolehkan kepalaku dan mendapati ada sekitar sepuluh—bahkan lebih—makhluk asap seperti yang kulihat di kompleks pertokoan tua yang terbakar itu. Mereka ada di sini, terlihat kebingungan dengan dinding es yang dibuat Antonie. Mereka seolah ingin melihat apa yang ada di baliknya, tapi sepertinya tidak bisa. Mata mereka merah menyala layaknya batu neraka yang dibawa burung batu, dengan ukuran hanya sebesar biji kacang hijau.
"Itu seperti yang pernah aku lihat di kompleks pertokoan, mereka benar-benar sangat mirip" mereka seperti mimpi buruk yang baru. Gerakannya begitu lambat dan tatapannya kosong, dengan ekspresi yang dingin. "Kenapa mereka mengejar kita?" bukan takut, aku lebih merasa penasaran. Apakah aku yang mereka kejar? Apa alasan mereka mengejarku? Dinding es itu mulai meleleh setiap kali mereka menyentuhnya, salah satu dari mereka bahkan sudah bisa melewatinya dan mulai berjalan pelan menuju arah kami.