"Pakai saja dulu," tukas Winnter, "kalau sudah siap, aku akan mengetuk pintunya."
Aku hanya diam dan memakai perlengkapan yang diberikan. Winnter membetulkan jaket yang aku kenakan dengan memasang tudung jaketnya, setelahnya berkata, "kumohon, jangan terkejut!" dia memperingatkan kami. Aku sama sekali tidak tahu maksudnya dan sangat penasaran dengan ruangan apa yang ada di depan kami.
Setelah semua yang dia berikan terpakai sempurna, Winnter mengetuk pintu ruangan itu pelan. Tak lama kemudian seseorang tampak mengintip dari dalam, sebelum membuka pintunya. Ternyata, orang itu adalah ayahnya, yang segera mempersilahkan kami masuk. Winnter memberi isyarat agar tidak terlalu jauh darinya, maka aku menggandeng tangan Mirai dan kami berjalan di belakangnya.