Aku mengalihkan pandanganku pada Winnter yang juga saat ini sedang menatapku serius. "Dia belum memiliki paru-paru, lambung, dan masih ada lagi yang lainnya," jelasku.
"Dan, dia sangat busuk," tambah Mirai.
"Iya, dia berbau sangat busuk," timpalku.
Suara benturan yang sangat keras tiba-tiba terdengar. Di depan sana, Aras berusaha bangun setelah menghantam dinding pagar. Makhluk itu sepertinya bukan sesuatu yang bisa diremehkan. Itu terbukti dari Shadhavar yang tampak kesusahan melawannya, hingga aku mendengar derit pintu gerbang yang dibuka. Detik berikutnya, mereka berdua lenyap begitu saja. Para manji pun melebur menjadi pasir dan Zent menguap seperti air yang dipanaskan.
Seorang wanita keluar dari pintu rumah itu. Dia tampak mencari sesuatu, melihat ke sekitar dengan mata awas. "Mungkin, kucing yang berkelahi, bu?!" teriaknya pada seseorang.