Chereads / Menjadikanmu Milikku Selamanya [Free Sample] / Chapter 12 - Bab 12 Percuma Saja Memakai Topi!

Chapter 12 - Bab 12 Percuma Saja Memakai Topi!

"Bagaimana pesanan ayam goreng krispinya? Apa mereka membawa sesuai pesanan? Tidak ada masalah, kan?" tanya Arkan pelan.

"Tenang saja. Semuanya sangat baik dan sempurna. Terima kasih sudah mentraktir kami semua dan panti asuhan itu. Abian bilang ini adalah idemu. Saat mendengarnya, aku sangat terharu," nada suara pak sutradara bergetar penuh haru, kedua bola matanya berkaca-kaca.

"Ya. Bukan masalah besar. Di mana sekarang orang yang mengantarkan pesanan itu?"

"Untuk apa mengurusi hal remeh seperti itu. Ayo, kita duduk dulu di ruang tamu," cegah Lisa, menarik pelan lengan sang pria, tapi Arkan tak goyah sedikit pun.

"Aku perlu bicara dengannya sebentar."

"Kenapa?"

Kenapa?

Arkan juga tak tahu kenapa, yang jelas ia merasa perlu melihatnya secepat mungkin.

"Kemarin ada salah paham. Tunggu saja aku di ruang tamu, nanti aku akan ke sana," dengan nada dingin, Arkan melepas gamitan Lisa, dan berjalan menuju pintu keluar.

"Eh?"

Lisa tertegun, tapi ia mengurungkan niatnya mengejar sang tunangan, ia gelisah dan tak nyaman dengan sikap anehnya sejak di atas tadi, tapi ia takut orang-orang di sekitar mereka mengendus hal aneh terjadi di antara mereka.

Seluruh negeri sudah tahu kalau mereka adalah pasangan sempurna yang sangat menjadi idaman siapapun. Sedikit hal ganjil saja, pasti akan menjadi pembicaraan dan itu tidak baik untuk citra keduanya di dunia hiburan.

Di dekat mobil van putih kedai Ayam Krispi Yummy.

"Keren! Mereka menyuruh kita memakai ini? Rasanya jadi seperti salah satu dari mereka!"

Ryan memakai tanda pengenalnya, tergantung sempurna di lehernya dan sangat terlihat profesional di dadanya.

Pemuda itu kini sudah mengancing rapih kemeja hitamnya seraya tersenyum bangga karena bisa menjadi salah satu bagian dari acara penting pada sebuah drama yang diyakini bakal sukses besar 2 bulan lagi.

"Kau jangan buat masalah, ya! Ibumu sudah tahu kau di sini, dan memintaku mengawasimu."

Ryan membatu dan tersenyum kaku.

"Cas, jangan pandang remeh aku, dong. Memangnya aku sebodoh itu di matamu?"

"Ya. Memang begitu, kok, kenyataannya," balas Casilda dengan mata menyipit malas.

"Dasar! Kenapa mulutmu itu tidak bisa dijaga, sih? Aku tampan begini, mana bisa dicap bodoh?!"

"Jangan kegeeran, ya! Memang kenapa kalau tampan? Tidak boleh bodoh? Kerjaanmu tiap hari, kan, hanya main game saja! Itu pun kalau kerja di kedai, paling gara-gara ingin dapat uang tambahan untuk top-up, kan?" darah Casilda mendidih memikirkan kelakuannya yang suka seenaknya itu.

Ryan memang tampan, tapi dia tak beda jauh dengan anak umur 5 tahun, manja dan banyak tingkah.

"Kau ini! Kenapa suka sekali membuatku kesal, hah?" Ryan mencengkeram kedua bahu Casilda dengan sangat kuat, raut wajahnya tak enak dipandang.

"Ryan! Lepaskan! Apa-apaan, sih!" koarnya galak.

"Kalian ini bertengkar seperti kucing liar saja. Bikin kuping sakit mendengarnya," sindir sebuah suara dari belakang keduanya, dingin dan menusuk.

Casilda membeku.

Suara itu, meski baru didengarnya akhir-akhirnya ini, tapi sudah masuk dalam folder berbahaya di otaknya.

Dengan perasaan gelisah, perempuan berkacamata tebal itu berbalik cepat.

"Hai," sapanya dengan acuh tak acuh, kepala dimiringkan malas.

Sudut bibir Casilda berkedut kesal.

Hai?

Sapaan macam apa itu?

"A-arkan? Arkan Sang Top Star itu, kan?" gagap Ryan dengan mulut ternganga hebat.

Arkan tak membalas Ryan, ia hanya terdiam dengan ekspresi dingin di wajahnya, dan bulu matanya merendah lembut menatap tajam pada Casilda.

GLEK!

Casilda menelan ludah gugup.

Topi baseball-nya sama sekali tak ada gunanya.

Apa karena siluet tubuh gemuknya yang mudah dikenali? Atau karena mobil mereka yang begitu mencolok dengan gambar ayamnya?

Kenapa dengan tatapannya itu? Untuk apa dia kemari, sih? pikir Casilda cepat, tidak nyaman dan waspada. Ia terbayang-bayang kejadian di kamar lelaki itu dan membuat hatinya langsung gugup dan bergetar takut.

Tenggorokannya merasakan sensasi aneh seolah tangan besarnya itu kembali mencekiknya.

"A-apa kita bisa foto bersama?" dengan cepat Ryan meraih ponselnya di saku celana, dan mengutak-atik ke mode kamera.

Namun, ketika ia mendekat, Arkan menolaknya.

"Maaf, tapi aku tidak ingin sedang berfoto saat ini."

"Eh? T-tapi kenapa?" Ryan tertegun kaget, bingung dan merasa bodoh.

Pria berjas cokelat gelap itu tersenyum kecil, lalu menarik Casilda ke arahnya.

"Tapi, kalau foto bertiga, aku tidak akan keberatan."

Untuk sesaat, Ryan terdiam melihat aksi itu.

Kebingungan dan keheranan.

Detik berikutnya, entah kenapa, ia tak suka dengan perlakuan semena-mena aktor tampan itu pada Casilda.

"A-aku tidak usah foto. Tidak apa-apa, kok," tolaknya halus pada Arkan dengan bibir gemetar, berusaha menarik lepas cengkeraman pria itu darinya.

"Kenapa? Tidak mau foto?" Arkan menatap dingin pada Ryan, mengabaikan tolakan perempuan itu, dan masih menahan lengannya dengan kuat.

Ryan sedikit salah tingkah, melirik Casilda yang terlihat tidak nyaman.

"Aku harus bicara empat mata dengannya, kalau tidak mau foto, kami pergi dulu."

"Apa?"

Ryan terkejut.

Kenapa dia mau bicara dengan Casilda? Memangnya mereka saling kenal?

Perasaan tidak suka pada sang aktor seketika menyalip di hatinya.

-----

Info:

Kalian bisa baca kelanjutannya di lapak hijau sebelah, ya! Udah 95 bab per 28 Maret 2022.

Cek feis.buk saya untuk info lebih lanjut: Natsumi Hikaru (gambar kue ikan)

Instag-rem: natsuhika.author

Updatenya saya pelan-pelan, karena harus edit dan revisi beberapa bab sebelum upload. Jadi, tidak bisa update banyak sekaligus, karena harus memperhatikan kualitas konten lebih baik lagi (typo yang kadang selalu terlewat, dll).

Selain itu, saya juga on going beberapa cerita di tempat lain di saat yang sama, jadi semuanya harus digilir updatenya, ya. Terima kasih!^^

-----

"Maaf, jika Anda ingin membicarakan soal pesanannya, silahkan bertanya pada pria yang berjas hitam itu," dengan cepat Casilda menutupi hubungan aneh mereka di depan Ryan, menunjuk pria berjas tadi yang sibuk memberikan arahan kepada beberapa kru di seberang mansion.

DEG!

Arkan memberinya lirikan sinis yang menusuk, membuat perempuan itu terdiam membatu. Pucat dan berkeringat dingin.

Wajah Ryan melunak mendengar penjelasan Casilda. Tertawa lepas, lalu dengan pembawaan riang ia pun membuka suara:

"Ah, begitu! Soal pesanan, ya? Benar yang dikatakan oleh Casilda. Kami hanya tinggal menunggu perintah untuk ikut dengan rombongan kalian. Jadi, aku rasa sudah tidak ada masalah lagi yang perlu dibicarakan."

"Rombongan?"

Sebelah kening Arkan terangkat, menatap tak puas pada pria di depannya.

"Loh? Tidak tahu? Kami akan ikut ke panti asuhan itu. Mereka kekurangan tenaga, jadi kami memberikan layanan ekstra."

Ryan menunjukkan tanda pengenalnya dengan senyum bangga.

Menyadari hal itu, Arkan tersenyum misterius, kemudian melepas cengkeramannya.

"Maaf, aku tidak tahu hal itu. Baiklah. Kalau begitu sepertinya tidak ada masalah dengan pesanannya. Tadinya, aku ingin menanyakan beberapa hal terkait pesanan itu karena aku yang memesannya atas nama Abian Pratama."

Casilda tertegun mendengarnya.

Dia yang memesannya? Kenapa perasaanku tidak enak, ya? batin Casilda dengan wajah menggelap suram.

"Oh! Anda, ya, yang memesan 100 kotak ayam krispi itu? Terima kasih banyak, Arkan Sang Top Star!" Ryan menggaruk-garuk belakang kepalanya dengan sedikit pembawaan canggung, kepalanya menunduk sedikit dan terlihat malu-malu.

"Ya. Sama-sama. Layanan kalian kemarin 'sangat bagus dan memuaskan'. Aku jadi memberikan rating bintang 5 di aplikasi," ia melirik Casilda dengan sebuah sorot mata penuh arti, sudut bibirnya samar-samar tersenyum dingin dan jahat.

Dengan sengaja, ia memberikan tekanan khusus pada kata-kata 'sangat bagus dan memuaskan'.

Casilda tertohok dibuatnya.

Sialan! Apa-apaan dia bicara tidak sopan seperti itu? Jadi dia yang memberikan rating dan komentar itu? Bukan Abian Pratama? batinnya dengan perasaan panas tidak karuan.

Tanpa peringatan, Ryan menarik Casilda ke sisinya, dan meletakkan lengan kirinya pada kedua bahu Casilda, setengah merangkulnya dan berkata dengan nada bangga sembari mengacungkan jempol kanannya pada Arkan.

"Pegawai kami satu ini memang sangat berbakat! Dia memang suka sekali bekerja keras dan penuh semangat, apalagi kalau sedang mengejar bonus. Cas for cash! Dasar cewek mata duitan ini! Hahaha!"

Apa-apaan dia ini? batin Casilda kesal.

Cas for cash, plesetan panggilan pendek dari nama Casilda, yaitu Cas. Penyebutannya sedikit mirip dengan "Cash" yang artinya uang tunai dalam Bahasa Inggris. Jelas membuat Casilda bermuka masam mendengarnya.

Ryan tertawa terbahak-bahak puas, setengah meledek Casilda dan menepuk-nepuk pelan puncak topi baseball perempuan itu dengan pembawaan gemas, masih dalam pose merangkul bahu perempuan itu.

Arkan memiringkan kepalanya angkuh melihat kedekatan keduanya yang terlihat sangat akrab dan santai, terdiam dingin dengan tatapan mata sulit untuk ditebak.