Chereads / Aran & Erick / Chapter 5 - Datang Berkunjung ke Hokkaido

Chapter 5 - Datang Berkunjung ke Hokkaido

Kehidupan sekolah memang sangat menyenangkan. Terlebih lagi kalau kamu mempunyai kemampuan sosial yang bagus dan disenangi banyak orang. Aku yakin bakal betah di Hokkaido ... -selama preman pengganggu itu tidak bersekolah di sini.

Aku tidak bisa bilang kalau ini adalah takdir yang baik. Karena dia adalah pengganggu dari segala pengganggu yang ada di dunia.

Kemana pun aku pergi beberapa jam terakhir ini, dia mengikuti ku. Dia meneriakiku 'cebol', bahkan sampai berani memalak ku di koridor yang banyak orang berlalu lalang. Tapi, aku beruntung karena memilikin teman yang baik dan begitu perhatian padaku. Dia membawa ku pergi menghindar dari gangguan preman itu dan berakhir diatap sekolah yang begitu luas.

"Aran baik-baik saja? Kamu terlihat agak pucat."

"Tidak apa, aku hanya lelah."ucapku sambil menyinggungkan senyum singkat. Sebenarnya, aku sedang terganggu dengan masa lalu kelam yang selalu terputar di kepalaku. Apa tujuannya aku mengingatnya? Itu terasa penuh dengan keputusasaan.

"Apa kamu bisa menungguku sebentar di sini? Aku akan segera kembali membawakanmu sesuatu." Dia pergi begitu saja tanpa mendengarkan jawabanku. Benar-benar pemuda yang penuh dengan semangat. "Ah, aku merasa bersalah karena telah membuat dia khawatir. Tapi tidak apa, selama dia pergi aku bisa menenangkan diri."

10 menit kemudian dia kembali... membawa sesuatu yang membuatku kaget dan ingin loncat dari atap ini dengan perasaaan bahagia.

'OH, BAGAIMANA DIA TAU AKU BUTUH ITU SEDARI TADI?' Hatiku tidak bisa diam dan ingin menjerit kegirangan. Itu benar-benar yang aku butuhkan. Saat ini perasaanku ingin melompat dan menghampirinya, memeluknya gemas— oh jangan, aku tidak mau dia salah paham kalau aku beneran melakukannya.

"Ba...bagaimana kamu tau...?!"ah, aku jadi gagap dan jantungku tidak mau berhenti berdetak kencang. Berhentilah, jangan baper wahai jiwaku. Sadar gender, woi!!! "Eh, apaan, Ran?"dia mundur selangkah menghindariku.

Tuh kan baru dibilangin. "Ehem... maaf, refleks. Bagaimana kamu tau kalau aku suka kopi hitam dingin?" Dia tersenyum "Hanya kebetulan. Aku juga menyukainya. Syukurlah kesukaanku adalah seleramu juga."dia memberikanku sekaleng kopi itu, dan meminumnya bersama. Aku ingin menangis bahagia saat ini. Dihari pertama aku menemukan seseorang yang sangat peka padaku. Ahhh, tidak. Aku juga harus tetap waspada kalau orang kayak gini pasti ada maunya.

.

.

.

.

.

.

Ah, gue sangat kesal sekali. Kemana perginya 'cebol' sialan itu. Gue sangat ingin memukul wajahnya kali ini. Tingkat kesabaranku sudah mulai habis, jikalau saja gue menemukan dia, dia akan mendapatkan kepalan tangan menyakitkan dari gue.

Gue memang payah dalam hal petak umpet, tapi hidung gue yang sangat tajam ini tidak bisa dianggap remeh begitu saja. Gue sudah sangat mengingat bau manisnya menjijikkan karena memakai parfum yang lagi trending belakangan ini. Seperti bau coklat yang sangat menyengat, namun tetap saja gue tidak menyukai hal hal terkait dengan wewangian. Emang ada gitu preman yang harumnya wah banget?

Sudah sekitar 7 menit gue berkeliling sekolah ini, tidak kutemukan dia. gue bahkan tidak bisa memikirkan kemungkinan yang ada.

"Aku berharap Aran menyukainya. Karena uangnya kurang, aku jadi membelikan dia yang sama dengan punyaku, hahh..."suara itu, Arata Haru. Gue ingat dia yang membawa pergi Aran saat gue memintakinya uang. Sialan, kamu juga akan mendapatkannya nanti.

Keliatan nya dia ingin pergi ketempat Aran berada. Peluang yang bagus untukku mengikutinya. Dan yang benar saja, jadi selama ini dia berada di atap sekolah? Padahal gue sudah melewati tangga ini dan tidak terpikirkan olehku kalau mereka ada di atas sana. Awas saja, kali ini gue mendapatkan kalian.

"Hanya kebetulan. Aku juga menyukainya. Syukurlah kesukaanku adalah seleramu juga."gue menunggu waktu yang pas untuk memergokin mereka berdua. Lagian, ini melanggar peraturan. 'Tidak boleh ada yang naik keatap sekolah', tunggu, apa yang gue pikirin?. Masa bodoh dengan itu semua, gue akan menerobos saja.

Brakkk!!!!

Gue membanting pintu besi itu, dan kulihat mereka sedang minum-minum ria dengan senyum bahagia yang sangat membuatku ingin segera mengakhirinya. Sontak mereka terkejut, menatap kearah gue dengan tatapan menjengkelkan.

"Akhirnya gue ketemu sama lu lagi, 'cebol' sialan."kali ini tidak akan gue lepasin kamu. Karena tidak ada yang bisa melawan gue di sekolah ini.

Si 'cebol' itu berdiri. Aura nya terlihat berbeda dari yang gue lihat sebelum-sebelumnya. Dia nampak seperti hewan buas yang kelaparan dan yang lebih mengherankannya lagi, kenapa gue merasa terpojok melihat auranya yang berubah tiba-tiba.

"Hei, sebenarnya aku tidak ingin menunjukkan sisi terburuk yang kumiliki saat ini, tapi aku tidak punya pilihan lain. Aku, sekarang, merasa jengkel dikejar terus sama bajingan kayak kamu."tatapan itu, tatapan seperti pembunuh yang berhasil menaklukkan mangsa nya. Dan saat ini sedang menunggu diriku melakukan perlawanan untuk lepas dari semua ini.

Dia berjalan mendekatiku, tiba-tiba saja kaki gue bergetar, perlahan mundur menghindari kontak mata dengan nya dan dia kali ini benar-benar tidak ingin melepaskan gue dari amarahnya.

"kamu, aku maafkan kali ini tapi ingat satu hal—aku ini tidak ada maksud bergantung padamu setelah aku mengobatimu semalam."tangan nya yang halus itu menghalangi jalan gue, dan dengan suara pelan dia berbisik dibelakang telinga ku, tepat bagian sensitifnya pula sampai gue di buat makin terdiam. Wajah nya yang jarak nya sangat dekat menyebarkan wangi manis yang menjijikkan.

Gue terjatuh seketika karena tidak tahan dengan hal itu. Lalu dia pergi bersama Arata, meninggal kan gue dengan noda kopi hitam dimana - mana. "a..apa - apaan si 'cebol' itu? Aura nya mengerikan sampai gue di buat jadi payah gini. AAAARGGHHHHHHHH."

.

.

.

.

.

Sial, tempramentku tidak pernah hilang atau pun berkurang. Tapi ya, mau bagaimana lagi, mungkin ini efek samping minum kopi. Dasar konyol. Lagian kok bisa preman sialan itu tau di mana aku berada? Hah, perasaan baik kali ini luntur di karenakan tingkah ku yang memalukan dan didepan temanku pula. Dia pasti akan semakin heran dan takut setelah adegan 'Japanese Kabedon' barusan, sama cowok lagi.

"Hahh..."

"Kamu baik - baik saja, Aran?"Arata memegang tangan ku. Aku hanya menggeleng pelan sambil menunduk kan kepala. Aku tidak ingin melihat wajahnya Arata saat dia mengkhawatirkan ku, lagi. "Tangan mu dingin lagi loh, mau ke UKS?"A..arata, betapa baiknya diri mu—

"Hei hei, lama tak jumpa adek Aran, hihi."heh? siapa yang berani memanggilku dengan sebutan itu. Seorang gadis berambut pendek dengan pita besar dikepala nya, menyapa ku dengan senyum lebar nya. "Lah siapa kamu?"

"Wah, kak Hana. Selamat siang."sapa balik Arata dan menundukkan kepala memberi hormat.

"Selamat siang. Tega banget kamu Aran. Masa secepat itu kamu lupa sama peramal cantik ini."aku masih tidak mengenal nya, siapa? Siapa peramal cantik yang aku kenal? Lagian, sebutan macam apa itu? Apa masih jaman ya percaya sama peramal. Kepala ku semakin dipenuhi pertanyaan aneh yang tidak akan aku tanyakakan pada nya.

"Aku Hanakawa Izumi loh, Aran. Masih gak ingat juga? Ayah dan ibu ku dulu rekan satu bisnis dengan keluarga mu."ah, gadis yang 2 tahun lebih tua dari ku. Hanakawa Izumi, anak perempuan kedua dari keluarga Izumi. Mereka adalah keluarga yang sangat baik dan perfeksionis. Tapi, kenapa dia menyebut dirinya peramal?. "hoooo...."

"Haduh, masih dingin seperti biasa. Aku gak nyangka kamu sampe pindah kemari karena tidak mau merepotkan Kakakmu."

"Berisik. Apa kamu cuma mau basa basi denganku. Sudah ya, aku pengen balik. Ayo, Arata."Hana menarik tanganku. Dia terlihat sangat serius kali ini. Dan kalau Hana sampai seperti itu berarti memang ada sesuatu yang penting kali ini.

"Kakak mu akan ke Hokaido, malam ini pukul 10. Kalau kamu tidak percaya, dia akan memberimu pesan jam 9.30 malam ini. Dia tidak memberitahu ku, oke. Ini ramalanku hari ini ohohoho!!!!!"

Dia berlari begitu saja dengan tawa mengerikan khasnya. Sudah ku duga pasti dia hanya ingin bermain-main dengan ku.