Selesai Stela dan Gibran berenang mereka pun masuk ke dalam rumah untuk pergi mandi.
"Loh ma? Kalian darimana?" Tanya Stela yang melihat mama dan papanya baru pulang.
Stela baru saja turun dan berjumpa dengan mama dan papa yang hendak naik ke atas.
"Kita beli beberapa makanan untuk nanti malam" jawab mama Stela.
"Emang kita mau adain acara apa ma?" Tanya Stela.
"Nanti teman papa dan mama mau datang kesini" jawab papa.
Stela pun menganggukkan kepalanya.
"Kamu nanti pakai baju yang formal ya" ujar papa.
Dan lagi-lagi Stela hanya mengangguk, setelah itu dia pergi turun ke bawah.
"Stel" panggil Gibran.
Stela menoleh kearah Gibran seperti mengisyaratkan ada apa?.
"Boleh bicara sebentar" jawab Gibran.
Stela mengangguk, lalu mereka berdua pergi kearah taman belakang rumah Stela.
"Abang mau bicarain apa?" Tanya Stela.
Gibran menghela napas dengan kasar sambil menatap wajah Stela dengan sangat dalam.
"Kenapa bang?" Tanya Stela.
"Entah kenapa abang tiba-tiba mikir kalau nanti kamu nikah apa kamu masih bisa ya main sama abang kayak gini" ujar Gibran.
"Abang apa-apaan sih, Stela juga gak mau nikah cepat bang Stela mau belajar dulu" jawab Stela.
"Stel abang tau itu tapi yang namanya takdir dan jodoh kita gak bisa ngatur itu semua, abang cuman pengen bilang sama kamu kalau nanti kamu sudah menikah jangan lupa ya sama abang" ucap Gibran.
Stela tertawa renyah menatap Gibran, "apaan sih bang gak mungkin lah Stela lupa sama abang, denger ya bang Stela sayang banget sama abang gimana pun caranya walaupun suatu saat nanti Stela memiliki suami pasti masih ada tempat buat abang" jawab Stela.
Gibran mengelus Stela, "ternyata gini ya kalau kita punya adek cewek pasti akan sakit melihat dia nanti menikah, kayak nanti pasti abang merasa kamu itu udah punya orang lain dan itu gak bakalan pernah berubah" jawab Gibran.
Stela memeluk Gibran dengan penuh kasih sayang, "denger ya bang sampai kapan pun posisi abang gak akan pernah ada yang gantiin mau dia suami Stela mau dia pacar Stela atau siapa lah, abang masih sama dimata Stela" jawabnya.
Gibran membalas pelukan Stela dengan terharu, entah bagaimana perasaan dia saat ini dia pun bingung menjelaskannya yang jelas dia sangat menyayangi Stela dan dia gak pernah mau membuat Stela menangis.
Seperti yang di bilang mama Stela kalau nanti akan datang teman papanya dan juga mama ke rumah mereka. Jadi saat sudah sore Stela pun buru-buru mandi dan bersiap-siap.
"Stela mana ma?" Tanya papa yang berjalan kearah dapur.
"Masih siap-siap mungkin pa" jawab mama.
Papa pun mengangguk lalu kedepan menunggu temannya datang.
Saat tiba-tiba mendengar suara mobil terparkir di halaman rumahnya papa dan mama menyambut teman mereka dengan penuh kehangatan.
"Hay bro" ujar papa Stela.
"Sudah lama kita gak ngumpul ya" ujar seseorang tadi sambil bersalaman dengan papa Stela.
"Ayo silahkan masuk" ujar mama Stela mempersilahkan.
Mereka semua pun masuk ke dalam rumah, dan duduk di ruang tamu.
Karena mama Stela ingin mengambil minuman dan juga cemilan sekalian saja mamanya memanggil Stela.
Tapi belum sampai mamanya ke kamar Stela, orangnya sudah nonggol sambil menuruni anak tangga. Dengan pakaian yang anggun, feminim dan juga perhiasan yang di pakai Stela menambah ke cantikan Stela.
"Ayo bantu mama temennya papa sudah datang" jawab mama.
Stela mengangguk lalu mengikuti mama ke belakang, menyiapkan cemilan.
"Memang siapa yang datang ma?" Tanya Stela.
"Tante Aqila sama om Edwin" jawab mama sambil meletakkan kue yang sudah dia sediakan ke wadah.
"Ohh om Edwin, loh bukannya kemaren itu mereka di Bandung ya ma?" Tanya Stela. Ya memang dari Stela kecil dia sudah sering bertemu dengan om Edwin dan tante Aqila.
"Mereka sudah pindah dari tahun kemarin All" jawab mama.
Stela hanya manggut-manggut mendengar penjelasan mamanya.
"Udah nih bantu mama bawa ke depan" jawab Zanna (mama Stela)
Stela mengambil nampan yang susah diisi dengan beberapa cemilan, lalu mengikuti mamanya jalan ke arah ruang tamu.
"Eh ini Stela?" Tanya Aqila yang melihat Stela dengan wajah yang sepertinya takjub dengan Stela.
Stela tersenyum lalu mencium tangan tante Aqila dan om Edwin.
"Udah besar kamu ya, tambah cantik" jawab tante Aqila.
Stela terkekeh, "tante bisa aja" jawabnya.
"Ini kenalin anak tante yang pertama" ujar Aqila menunjuk seseorang di sebelah Gibson.
Stela hanya meliriknya setelah itu mamanya menyuruh Stela duduk di sebelahnya.
"Aditya Gibson" ujar Adit memperkenalkan diri.
Stela yang tadinya menatap mamanya langsung membelalakkan matanya menatap kearah Adit.
"Santai aja neng" jawab Adit merasa takut melihat tatapan Stela.
Stela langsung membuang muka ke arah lain, Aditya Gibson berarti abangnya pak Eric berarti om Edwin dan tante Aqila pikir Stela.
"Anak kamu mana Qil yang lain?" Tanya Zanna mama Stela.
"Masih di jalan tadi adiknya minta beliin makanan dulu" jawab Aqila.
"Ma Stela ke kamar bentar ya" pamit Stela. Dia langsung pergi ke kamarnya.
Dia berniat menghubungi Lily dan Zahra tapi dia sudah di panggil mamanya kembali.
Stela pun turun ke arah ruang tamu.
"Stel kenalin ini anak tante Eric Fransisco" ujar Aqila.
"Pak Eric" gumam Stela ternyata benar tebakan Stela tadi.
"Kalian sudah kenal ya?" Tanya Aqila mama Eric.
"Pak Eric guru Stela di sekolah tan" jawab Stela.
"Oh ya? Eric kamu kok gak pernah bilang" jawab Aqila.
"Iya ma" jawab Eric.
"Ma kenapa pada ngumpul disini?" Tanya Stela berbisik dengan mamanya.
"Ada yang mau di sampaikan sama kamu sama Eric" ujar mamanya.
Stela hanya menganggukkan kepalanya, lalu mereka duduk di bangku yang sama sedangkan Ricko sudah duduk di sebelah Stela sambil berbincang dengan Stela.
"Jadi kehadiran om dan tante disini ingin membicarakan masalah kalian berdua" ujar om Edwin menatap Eric dan Stela.
"Masalah apa ya om?" Tanya Stela.
"Kami ingin menjodohkan kalian berdua, dan akan segera menikah" jawab om Edwin.
Stela menatap om Edwin dengan tatapan yang terkejut, "apa om?! Menikah" ujar Stela dengan nada terkejut.
"Iya Stel om tau kalian pasti belum siap terlebih lagi kamu, tapi kita mohon kamu mau ya" ujar Om Edwin.
Stela tidak bisa berkata-kata lagi dia menatap mamanya dengan tatapan yang sepertinya kecewa dengan mamanya karena mama pasti tau kalau Stela masih ingin belajar tanpa memikirkan kata-kata nikah.
"Stela mama tau kamu kecewa sama kami tapi ini termasuk amanah opa dan kakek kamu sama Eric dulu, karena dulu kami sudah berteman jadi opa dan kakek kamu pingin cucunya menikah dengan orang yang dia kenal" ujar mama Stela.
"Tapi gak gini caranya ma, mama kan tau aku masih mau sekolah masih punya impian" jawab Stela yang ingin menangis.
"Kamu masih bisa sekolah Stel papa sudah atur semuanya" jawab papa Stela.
Stela tidak bisa membendung air matanya lagi dia pergi berlari ke kamarnya dengan cepat, dan langsung mengunci kamarnya setelah itu dia menangis di bawah bantal dengan terisak-isak dia hanya merasa kecewa dengan orang tuanya.