Rose menatap wajah ibunya dengan raut wajah malas dan jutek. Dia tidak bisa terus terusan bersama ibunya dalam rumah ini. Tapi dia juga tidak mungkin pergi ke kampus! Bagaimana nanti jika dia bertemu dengan Pak Jay?! Apalagi ibunya selama ini telah salah paham dengan nya dan Pak Jay. Darimana dia bisa berpacaran dengan seorang dosen? Seharusnya ibunya berpikiran seperti itu.
Memangnya dia cewek yang seperti apa?! Sialan ibunya sangatlah tidak peka' sekali. Jika seperti ini kan sangar sulit untuk mengembalikan kondisi. Berkali-kali Rose mengatakan jika dia masih Jomblo dan belum memiliki seorang pria tadi tetap saja... Ibunya tidak percaya dengan nya sama sekali. Rose meregangkan tubuh nya.
Suara burung berkicau dan matahari begitu terang sekali menyinari bumi ini hingga membuatnya kepanasan.
"Loh? Kok... AC kemana mah?" Tanya Rose dengan menatap ibunya.
"Di servis. Tadi ga bisa hidup. Karena kamu lupa matiin AC kemarin malam. Dua dua hari hidup FULL dan ga pernah dimatiin. Iya kan?"
Rose mengangguk dengan cengiran nya itu, seolah tidak ada rasa bersalah dalam dirinya. Stres. Ibunya memotong daun bawang dan dia mengeluhkan tangan dan jari jari cantik nya itu.
"Karena kau ibu harus memasak. Lihatlah! Kuku palsu ibu jadi copot!" Ketusnya dengan mulai menumis bumbu bumbu dapur.
Rose hanya memutar bola matanya. Terserah apa yang dikatakan oleh ibunya itu. Dia hanya ingin membuat dirinya tenang dari Pak Jay dan semua orang yang ada didunia nya ini.
Setelah di tanya kemana dia akan pergi, dia hanya diam saja, tidak ada jawaban darinya. Dia merasa sangat lelah saja, selama sisa hidupnya seharusnya dia menjadi sangat bersemangat. Tidak seperti ini. Rose menatap beberapa coklat yang dia simpan di lemari es. Akhirnya dia memutuskan untuk mengambil susu coklat banana. Rasanya segar sekali bila dimakan di pagi hari seperti ini.
Sembari menyeruput dia menatap seorang yang dia kenal dari jendela kamarnya. Siapa itu? Bukankah itu Jerome? Tapi kenapa dia kesini?
Apa mungkin dia ingin mencarinya? Tapi seolah-olah tidak mungkin. Jerome adalah anak orang kaya yang seharusnya tidak seperti ini dia. Kenapa dia ada di lingkungannya?
"Rose!" Teriak nya setelah berbalik badan dan menemukan Rose disana. Rose segera berjongkok. Astaga. Dia belum memakai baju dalam. Aduh... Sekarang harus seperti apa?
Rose memukul kepala nya, merasa stres dengan dirinya sendiri. Kenapa ceroboh banget sih! Untung saja dia segera berjongkok. Tangan nya dengan sangat cepat menutup gorden jendela. Dan pergi ke kamar mandi.
Aduh. Semoga saja anak itu tidak mengetuk pintu rumah nya. Bila dia mengetuk... Tamatlah riwayatnya. Jerome tentu saja mengetuk pintu rumah nya. Dan lagi lagi ibunya datang dengan membukakan pintu nya. Menanyakan siapa dia? Dan dengan siapa dia ingin bertemu.
"Mmm... Saya Jerome. Teman nya Rose. Apa Rose nya ada?" Tanya Jerome dengan tersenyum lebar.
Ibunya mengerutkan keningnya. Dari ujung kaki sampai kepala, semua barang barang nya adalah barang branded. Bahkan dengan menghirup bau aroma nya saja membuat dirinya tergila gila. Ini parfum Dior yang terbaru kan? Yang harganya tidak pernah murah itu.
'anak ku punya dua pacar yah?' -batin ibunya.
Jerome melambaikan tangan nya pada ibu ibu yang malah diam saja tidak menyuruh nya untuk masuk ke dalam.
"Eh. Iya. Ayo masuk." Jawab ibunya dengan ramah sekali.
Kini ibunya merasa sudah tidak beres dengan anak perempuan nya ini. Kenapa dia harus berselingkuh? Kenapa harus punya dua pacar sih?!
Ibunya berkali kali berpikir jika tebakan nya itu salah. Dan lagipula Jerome tadi bilangnya dia adalah salah satu teman Rose di kampus. Jadi... Sepertinya pacarnya yang dosen tadi. Tidak mungkin anak kaya ini kan? Ya... Ga apa apa sih kaya. Tapi biasanya anak kaya cenderung manja dan tidak ke-bapakan.
"Kamu teman nya Rose? Atau...."
"Teman nya tante. Saya mau balikin buku yang dia bawa tadi. Ketinggalan." Jawab nya dengan sangat terburu-buru.
"Rose!!!" Teriak Ibunya menggelegar bahkan membuat Jerome sendiri terkejut.
Dia menatap seorang gadis yang kembali dengan mengenakan baju lengan pendek dan celana lengan pendek. Terlihat menggoda sekali tubuh kurusnya itu. Dia tidak bisa mengalihkan pandangannya jadi apa yang harus dia lakukan untuk saat ini?
Rose duduk dengan posisi yang tidak nyaman karena pembalut. Dia merasa sangat tidak bebas sekali.
"Ada apa?" Tanya Rose yang memutuskan untuk langsung berdiri saja.
"Ini buku mu. Lain kali jangan di taruh di studio musik. Jika tidak semua orang bisa membacanya." Ucap Jerome dengan tersenyum smirk. Sedangkan Rose menatap buku ini.
Buku apa itu? Saat dia buka halaman pertama dia dikejutkan akan suatu hal. Sungguh ini menakutkan sekali baginya. Rose yang ada disana merasa sangat malu sekali jadinya.
Jerome berpamitan untuk pulang. Dia segera mengikuti pria ini untuk memberikan pelajaran yang setimpa. Sangat menyebalkan sekali! Jika sudah dibuka kenapa tidak di buang atau DJ sembunyikan saja?! Dasar menyebalkan!
"Ada apa?" Tanya Jerome dengan membalikan tubuh nya saat mereka berdua telah masuk kedalam gang sempit.
Rose menatap wajah pria itu dengan menahan rasa marah yang membakar hatinya sebagian. Dia menghembuskan napas berkali berkali tapi tidak ada perkataan yang ingin keluar dari mulutnya ini.
"Pergilah." Ketus Rose. Dia menyobek bukunya oti dan dia merasa marah sekali.
"Puas?! Dasar ga peka banget jadi orang! Harusnya Lo tau dong kalau ini tuh privasi. Kenapa harus baca baca?! Dasar!" Teriak nya dengan mulai menangis. Dia merasa sesuatu telah hilang dari dirinya. Apa itu? Mungkin sebuah harga diri yang selama ini dia simpan dengan sangat baik baik. Tapi... Malah di lenyapkan oleh seseorang dengan sangat mudah nya dia berkata kata.
Jerome yang ada disana kebingungan harus berkata apalagi. Dia tidak bisa mengatakan apa apa lagi. Semuanya berubah dengan tatapan sedih karena tidak tega menatap Rose yang sedang menangis.
Gadis itu bahkan berjongkok dan menangis hingga sesenggukan.
"Maafin gue deh... Maaf gue ga tau kalau itu buku diary mu. Jadi.... Gue baca setengahnya. Sumpah! Gue ga hapal kok.... Udah jangan nangis yah?" Ucapnya dengan menenangkan Rose. Dia bahkan memeluk gadis itu juga. Dia tidak tega...
Ah.... Bagaimana ini?! Dia baru saja melukai hati seorang wanita. Dia jadi merasa sebagai seorang pengecut. Dia diam saja dengan menatap Rose yabg terus menangis. Hingga dia muncul satu ide.
"Aku traktir pizza dan es krim. Oke?" Bujuk nya dengan sangat gembira sekali Rose menerima nya.
"O-oke...." Jawabnya dengan berpura-pura lesu.
"Sama... Sa-sama. Gue boleh pinjem hp Lo ga?" Tanya nya.
"Ambil aja." Jawab nya dengan memberikannya hp iPhone keluaran terbaru.
"BENERAN?!" Teriak Rose. Matanya melotot tidak percaya dengan kekayaan teman nya ini.