Suasana di tengah hutan yang rindang, tidak banyak kereta yang sedang berlalu lalang. Wanita Bizler bersiap untuk menyerang Andrian. Jalan berlapis tanah dengan bebatuan kerikil berlubang.
"BERIKAN DOKUMEN NYA!" Ia mengayunkan belati langsung dengan ke satu titik.
Andrian mundur dan menangkis dengan cepat, setiap langkahnya bisa dibaca dengan mudah. Setiap detik tangkisan dan perlawanan yang mereka lakukan menghempaskan benda-benda kecil di sekeliling.
"Memang yah Tuan Andrian tidak bisa diremehkan begitu sajah haha…" Andrian tidak sekalipun merasa senang atas pujian Wanita bangsawan tersebut. Hampir selama 5 menit mereka saling serang dan melawan, kekuatan fisik mereka hampir setara namun di sisi lain Andrian lebih unggul.
Wanita Blizer memundurkan langkah, untuk memancing Andrian menjauh dari Aku dan Polin. Ketika merasa cukup jauh Wanita itu bergerak dengan cepat ke arah aku.
"KAU LENGAH!!!" Teriaknya dengan penuh semangat.
"KAU!" Andrian berbalik badan, tangan nya mencoba mejangkau ku takut akan kehilangan diriku namun sebenarnya Polin yang sedang diincar. Dia berbalik arah ke Polin tepat tidak jauh dari dari belakang ku.
"Kauu… mengicar…" Aku melihat sorot mata tajamnya kearah Polin, gerakannya begitu cepat hingga bersekian detik aku tidak melihat langkahnya "Polin menjauh!"
"AKHA! Lepaskan!" Dia megecam kera baju Polin hingga dia kesulitan menyimbangi tingginya.
"Kau Si Kecil Penghianat." Polin terdiam terpaku mendengar ucapannya, wanita itu menarik pisaunya ke leher Polin "Ah… Andai saja ayahmu tidak ikut campur, kau pasti memiliki masa depan yang cerah, takdir memang kejam. Begitu lah…"
"Aku bisa saja menggunakan kekuatan pikiranku…" Namun jika aku menggunakannya Andrian dan Polin juga akan mengenai dampaknya.
Ujung pisau hampir menusuk kulit Polin, sebelum Andrian maju menyerang dan ditangkis dengan muda olehnya.
"Tuan Andrian bisakah kau tidak menggangguku! Tadi hampir saja aku bisa menangkap, Si Penghianat Kecil!" Jawab kesalnya memutarkan pisaunya di tangannya "Jika saja dia tidak ikut mencoba mengganggu rencana, dia bisa hidup dengan tenang. Kasihani Nenek, Ibu dan Adik mu."
"Anda baik-baik sajah?"
"Aku baik-baik saja, jangan khawatir."
Seorang berjubah yang sama, wajahnya tertutup berdiri tegak di atas ranting pohon mengamati situasi yang terjadi, dia melambaikan tangannya kepada Perempuan Bilzer itu sesaat dia melihat ku cukup lama entah apa yang sedang dia pikirkan.
"Hahaha ini akan menarik, kita ketemu lagi Tuan Muda." Dia menunduk memberi hormat sebelum pergi menjadi kabut "Nikmati masa tenang anda Tuan-Tuan"
Dari kejadian ini beruntungnya tidak ada yang terluka berat. Kami memutuskan untuk segera kembali ke mansion. Mayat kusir diantar ke rumah sakit dan keluarganya Rain memberi kompensasi yang sangat besar kepada keluarga kusir, kematian kusir ini disembunyikan dengan ketat bahkan oleh Duke.
"Oiyah jangan katakan satu kejadian apapun kepada Ayah." Tegasku, sebelum masuk ke mansion "Dokumen ini yang mereka cari."
Sesampai di kamarku, ketika aku merasa cukup aman, perlahan-lahan aku membuka segel gulungan benang yang mengikat surat tersebut. Polin dan Andrina melihat seksama sesuatu yang membahayakan bila dibuka.
Surat kuning dan rusuh mengenai perjanjian kontrak, tinta hitam masih membekas pekat bergaris di atas kertas, Cap resmi kerajaan menjadi bukti kuat keaslian dokumen. Tertulis tahun surat mengenai perintah propaganda pemberontakan desa Artur yang telah bertanda tangan.
"Gred Verdenrik, Ervan Lezna, Johans Kzial, Mark Karindra, Varon Jurwenz." Andrian terkejut tidak percaya mengenai nama yang telah bersaksi bertanda tangan "Dan-Riana Eknath de Agasthya?!"
"INI TIDAK MUNGKIN!" Teriak Andrian terkejut.
Ratu merupakan salah satu sosok petinggi pemberontakan. Aku tidak terlalu terkejut mendengarnya karena semua sudah sangat jelas terbayang di mataku. Sosok yang memojokan Marquess yang malang. Kini surat tersebut tersimpan di brankas besi di laci lemari, tempatnya sangat amat tersembunyi tidak satu seorangpun yang akan menyadari keberadaannya.
Hariku mulai berat, Andrian terlihat sangat murung dan menjadi lebih waspada dari sebelumnya. Sekarang dia sering mengcek ulang di sekelilingku, berkeliling beberapa kali sebelum dia mengizinkan ku duduk.
Setelah kedatang surat tersebut kejanggalan-kejanggalan sering terjadi, mulai dari kuda yang tiba-tiba mati, bangkai tikus di halaman, bunga yang harusnya mekar kini semua mati, dan yang paling aneh burung merpati mati terdampar. Tidak hanya sekali, tapi berulang kali hampir setiap hari.
Pelayan-pelayan lain mulai merasakan keanehan ini dan memberitahu kepada Duke namun Duke tidak terlalu memikirkan masalah tersebut dia hanya meminta bangkai itu dibersihkan. Penjaga malam haripun merasakan keanehan terdengar suara burung yang kesakitan ketika suara itu terdengar mereka mengecek halaman belakang namun tidak ada apa-apa. Kejadian ini terus berulang hingga hampir 1 minggu.
"Apa ini bangkai tikus lagi?" Ucap seorang pelayan laki-laki sedang membersihkan halaman "Kenapa Mansion ini menjadi sangat horror."
"Semalam aku tidak bisa tidur nyenyak, Gila! lihat ini! kantung mataku." Tunjuk pelayan satunya, kantung mata yang hitam pekat.
"Ih emang kenapa?"
"Aku mendengar suara hantu dari luar jendelaku! Suaranya mendengkur dan bernafas sangat berat!"
"Halusinasi kamu ajah kali! Udah ah!" Dia kelihatan ketakutan mendengar cerita horor tersebut.
"Ini serius, saking kerasnya aku menutup wajahku dengan selimut. Gilanya lagi teman sekamarku tidak mendengarkannya hanya aku, Aneh bukan!"
"Sudah ah! Aku masih mau tidur dengan nyenyak!" Bantanya pergi membersihkan bangkai tikus.
Melihat kejanggalan yang sering terjadi pasti ada penyebabnya, aku merasa jika organisasi itu tahu akan keberadaan surat dan berencana untuk memusnahkannya.
"Tuan, saya mendapatkan surat dari Duke untuk anda." Ucap pelayan Farah, memberikan surat yang masih bersegel.
"Surat? Ayah bisa saja langsung datang mengabariku jika dia mau."
"Mungkin sibuk." Jawab Juan, memakan cemilan manis di atas meja "Eh kalian tau kisah horror mansion ini!"
"Apaan sih ga ada hantu di dunia ini!" Bantah Polin, menyilangkan tangannya.
"Benar aku setuju." Jawab Dio "Memang cerita apa?"
"DIO!! Katanya ga peduli, tapi menanyakannya." Polin kelihatan kesal ketika Dio menanyakan cerita horor tersebut yang akan membuat Juan bicara tanpa henti.
"Ih dasar bilang ajah kamu takut kan! Polin Polin." Jangil Juan menggelitik bahu Polin "Hati-hati nanti dia datang ke mimpi kamu loh!"
"Udahh cukup! Sini kamu!" Polin berdiri mengejar Juan.
"Penakutttt!! Polin takut Hantu!" Sekarang mereka main kejar-kejaran di ruang ini "Hantunya ada di bawah kolong tempat tidur kamu loh!"
"DIAMM!"
Surat Duke tidak terlalu penting, Duke mengatakan jika dia akan kembali ke Kota Zafia sebentar karena ada urusan mendadak. Surat itu tidak menjelaskan alasan kepergian Duke. Dia hanya meminta aku jaga diri.
"Duke akan pergi dan kembali besok. Oiyah tolong kirim buku ke mansion Zafia tulis nama ku dan "Tidak ada seorang pun boleh membukanya" berisi buku cerita kancil kecil." Ucapku pada Andrian.
"Baik Tuan, saya akan izin pergi sejenak, memastikan buku terkirim dengan baik."
"Aku penasaran kenapa dia tiba-tiba ke Zafia. Aneh sekali…"
Langit semakin jingga, walaupun Duke pergi tapi aku dan anak-anak lain tidak merasa takut ataupun khawatir karena kami semua sudah terbiasa bersama sendirian. Tidak ada yang aneh hingga makan malam. Aku terasa sangat mengantuk malam ini tidak seperti biasanya.
"Apa ini, mengapa mataku ngantuk sekali." Kepalaku seakan sangat berat dan pusing. Farah menuntunku ke kamar untuk beristirahat.
"Tidurlah Rain…" Ucapnya berdiri di samping kasur, ketika aku memejamkan mata.
"Apa dia katakan? Rain? Dia tidak memanggilku Tuan?" Gumamku merasakan aneh ketika Farah bersikap informal padaku.
"Dimana Andrian?"