Di siang hari yang sangat cerah selagi menunggu informasi Andrian, aku dan anak-anak lain memutuskan untuk bermain di halaman di waktu bersamaan Duke Han pulang bersama dengan seorang pria bertopi tinggi, wajahnya tidak terlihat jelas, posturnya tegap, wajahnya kaku, dan matanya tajam dengan cepat melihatku ketika memperhatikannya.
"Hmm siapa dia?" Gumamku, seketika dia membungkuk memberi salam padaku.
"Oh dia Noel Caharmander Ketua Kesatria Pahlawan Divisi Rgiona. Dia datang untuk keperluan pribadi." Jawab pelayan Farah.
"Pantas saja, seperti Tuan Redian Divisi Agra." Aneh sekali kenapa dia langsung mengetahui aku adalah tuan muda disini, bisa saja dia mengira polin atau anak lain adalah Rain. "Apa aku pernah bertemu denganya?"
"Selama saya bersama anda, anda belum pernah bertemu denganya."
"Oh begitukah…" Sungguh sangat membuatku penasaran "Bisakah kamu cari tau apa keperluan dia kemari bersama ayah?"
"Tentu Tuan Muda."
Pertemuan itu berlangsung tidak lama kurang dari dua jam mereka kembali ke kereta dan pergi. Farah berkata padaku jika pertemuan itu tidak terlalu penting mereka membahas tentang pembangunan ulang mansion dan competisi kesatria akhir tahun yang ketua acara dari Rgiona.
Andrian laporan padaku jika dia sudah menemukan Jhon Nell, seorang pria tua tinggal di pinggir desa sebagai peternak sapi dia tinggal berdua dengan sang istri semua anaknya sudah merantau ke kota sebagai pedagang. Tidak banyak informasi yang didapatkan hanya lansia yang sedang menikmati masa-masa tua.
"Besok kita langsung kesana." Tegasku.
Tibalah Aku, Polin, dan Andrian di sebuah peternakan yang cukup luas, di sepanjang penjuru mata terdapat ladang rumput yang sangat indah bagaikan sebuah lukisan. Tidak jauh dari jalan besar terdapat rumah kayu satu tingkat disanalah sepasang kekasih itu tinggal bersama.
"Ada… keperluan apa Tuan-Tuan?" Wajah perempuan tua yang penuh keriput, menyambut kami dengan sangat ramah.
"Selamat siang Ma'am Nell, perkenalkan saya Andrian Drian Pengawal pribadi Tuan Muda Zafia. Rain Venz de Kany. Dan Tuan muda Polin Ziones." Ucap Andrian memberi hormat.
"Z-Za-ZAFIA? Sebentar saya panggilkan Suami saya." Dengan jalan terpatah-patah dia berlari memanggil suaminya yang sedang memberi makan ternak. Melihat wajah sang Istrinya pria tua itu segera datang dengan tergesa-gesa.
Berlantai kayu suasana rumah yang sangat nyaman, tungku perapian yang padam tersisah abu dari kayu bakar, beberapa cemilan dan teh manis tersaji di atas meja tamu. Tanpa berlama-lama aku menceritakan mengenai dokumen Marquess Dekri, Laki-laki tua itu amat terkejut, tatapannya sangat dalam melihat aku dan Polin.
"Saya…diberi amanat oleh Marquess bahkan jelas sekali terekam di ingatan saya." Dia menggenggam tangannya dengan sangat gugup "Simpan surat ini, jangan perna kau buka. Simpan hingga Duke Zafia memintanya-Hanya dia yang berkuasa atas ini-itulah terakhir kalinya beliau berikan kepada saya."
"Bisakah saya buka?" Tanyaku melihat selembar amplop coklat tua yang sudah usang, dia terlihat ragu untuk memberikannya tentu saja karena aku bukan Duke Han "Tenang saja ku yakin ini sudah ditakdirkan, tidak perlu khawatir Tuan Jhon."
"Anda benar, umur saya sudah sangat tua. Hanya ini lah yang telah membebankan pikiran saya-entah umur berapa lagi saya sanggup menyimpan tanggung jawab ini." Matanya yang sayu, wajah keriput penuh asam garam kehidupan "Saya hanya lah seorang peternak sekarang."
"Apa keseharian anda disini?" Polin mengintip dari jendela sekumpulan sapi yang sedang memakan rerumputan.
"Tentu saja. Anda sangat mirip dengan Marquess. Semuanya-Tuan Muda Polin."
"Ayahku?"
"Benar, anda sangat mirip sekali sifatnya, tata bicara, bahkan hal kecil pun. Mungkin dulu anda masih tidak memahaminya tapi-saya bisa meyakinkan dari seluruh nyawa saya jika Maequess tidak bersalah." Polin membalas tatapan mendalam ke pria tua itu "Dunia memang kejam."
"Kenapa anda sangat yakin Ayahku tidak bersalah? Semua bukti menyatakan dia bersalah."
"Bukti? Semua itu bisa direka-begitulah yang ku yakinkan. Aneh saja bagi saya Marquess memiliki ambisi seperti ini." Dia menggerakkan tangannya, menatap dengan sangat dalam "Sejak pertama kali ku bertemu Marquess dia seorang penuh kerja keras, pantang menyerah, tegas akan pilihannya. Satu hal yang sangat dia cintai adalah keluarganya."
Polin terdiam menahan air matanya ketika dia teringat oleh sang ayah. Semua perkataannya benar.
"Tuan muda Polin pertemuan kita entah ini takdir atau tidak-saya sangat bersyukur bisa kembali melihat anda." Senyum manis pria tua itu, seakan angin masuk dari jendela udara segar perdesaan.
"Ayah…" Polin meneteskan air matanya seakan melihat keberadaan sang ayah dari tubuh Jhon Nell, bayangannya seakan tersenyum manis menatap sang anak.
Kami kembali ke kereta di balik jendela kedua pasangan itu memberi hormat hingga gubuk kayu menjadi titik-titik dilangit. Di tengah perjalanan kereta kami di berhentikan paksa dengan seorang wanita berjubah panjang.
"Minggir! Atas nama Zafia!" Teriak kusir mengeluarkan pedangnya dari sarung "Hey kau dengar tidak!"
Mendengar kericuhan di luar, Andrian mengecek keadaan. Tidak selang beberapa lama terdengar suara ledakan yang amat keras.
"Ada apa?" Ucap Polin melirik dari jendela, aku merasa ada kejanggalan yang terjadi.
"ANDRIAN?" Ketika ku mencoba melihat lebih dekat ke jendela.
"AWAS! TUAN!" Bisik Lividus.
USHHHH
"Nice To Meet You HAHA!"
"Kau!" Mata biru dan Rambut pirang yang tidak asing bagiku.
Entah secepat apa sebuah pisau kecil hampir tertusuk di kepalaku, dengan sangat terkejut aku menarik mundur tentu saja tidak secepat pisau itu datang.
"TUAN MUDA!" Terdengar jelas teriak Andrian.
STRINGGGG
Sebuah shield biru muda teraktifkan yang berasal dari batu Tia menyala sangat terang.
"SIAL!"
BRUAKKK
"Singkirkan tanganmu dari Tuan Mudaku!" Andrian melangkah dengan cepat, menyerang bertubi-tubi dengan pedangnya. Serangan itu berbekas di sekeliling tanah.
"Luar biasa. Bajuku jadi sobek begini." Wajah yang amat cantik, rambut pirang ikal panjang keemasan dengan mata birunya, keluarga bangsawan Bizler. Knight yang ku temui di pasar malam "Sebuah kesempat berharga bisa bertemu dengan anda Tuan Andrian Drian. Saya sering sekali mendengar cerita yang menarik tentang diri anda."
Aku dan Polin keluar dari kereta, melihat kusir kuda yang sudah tidak bernyawa meninggal tertusuk pisau tepat di dadanya.
"Tuan Muda kita bertemu lagi. Oh siapa bocah ini?" Dia melihat Polin dengan tanda tanya seakan tidak asing "OH ASTAGA! Kau anak penghianat itu ya!"
"DIAM!" Polin melihatnya penuh dendam.
"Kau kelihatan kesal, itu lah kenyataannya bukan? Tapi tenang saja Marquess Ziones menjadi pahlawan di kami. Kematiannya pantas untuk dia!"
"Benarkah? Aku tidak berpikir seperti itu. Apa maumu?!" Jawabku kesal, sudah cukup penderitaan Polin alami.
"Oh tentu Tuan Muda Zafia. Berikan dokumen itu."
"Tidak."
"HAHAHAHA Tentu saja, saya akan bertanya sekali lagi sebelum terjadi yang tidak diinginkan. Berikan dokumen itu."
"Ku katakan sekali lagi. Tidak."
"Kau, jangan buat aku kesal. Sudah cukup bermainnya!" Dia mengayun-ayunkan pisau belati di ujung jarinya "Berikan dokumen itu!"
"Tuan Muda tetaplah berada di dekat saya." Andrian memasang kuda-kuda Bersiap menahan serangan.