Chereads / THE QUANTUM (Indonesia Ver) / Chapter 73 - SI PENGHIANAT KECIL 15 : KASA dan KALI / K^2

Chapter 73 - SI PENGHIANAT KECIL 15 : KASA dan KALI / K^2

Kereta kuda melaju dengan kencang, mengejar terbitnya matahari. Dari beberapa kilometer menunjuk berbatasan Artur. Kereta kuda yang mengangkut Nyonya Ziones dan kedua anaknya dicegat sekelompok prajurit bersenjata.

"BERHENTI! TIARAP!" Perintah Verdenrik mengangkat senjatanya "Tidak perlu melawan, kalian aman bersamaku, Nyonya Ziones."

Nyonya Ziones memberi isyarat kepada kursi kuda untuk tidak melawan, demi tidak adanya korban. Dengan tangan yang gemetar dia tetap berusaha tegar di hadapan kedua anaknya.

"Apa maumu?! Lepaskan kami sekarang." Ucapnya menggandeng erat anak perempuannya.

"Bagus, tidak perlu ada pertumpahan darah disini. Duke Leonard memerintahkan ku penangkapan keluarga Ziones."

Nafas wanita itu mulai tidak teratur, ketakutan yang amat jelas dari wajahnya. Terus dan terus berpikir menyelamatkan kedua anaknya.

"Saya tidak akan pergi bersamamu! Lepaskan kami!"

"Anda tidak mau? Berarti ada melawan perintah Duke Nyonya. Serahkan diri anda maka kedua anak ini, mereka akan aman bersamaku."

"TIDAK! PERGI!"

"AHHHHHHH!!!" Kusir sekaligus penjaga melakukan perlawan dengan menusuk salah satu prajurit di dekatnya "CEPAT LARI NYONYA!!!"

"SIAL! TANGKAP MEREKA HIDUP HIDUP!!!"

"AHHHHH MATI KALIAN SEMUA" Teriak Kusir kuda sekuat tenaga, memundur waktu untuk Nyonya dan tuan muda kabur ke dalam hutan.

DOR DOR DOR

Dan berakhir sudah hingga tetes darah sang kusir telah melindungi tuannya. setelah berkorbannya, dia tertembak tepat di kepalanya dan terjatuh tak sadarkan diri.

Cuaca malam yang amat dingin, menusuk kedalam baju. Ibu dan anak ini terus berlari tanpa arah menghindari kejaran. Kedua tangan mereka memerah membeku berlari di tengah kegelapan tanpa arah, berulang kali ia terjatuh oleh ranting-ranting pohon.

Dari kejauhan sebuah gubuk tua yang sudah rapuh, Ibu itu bergegas masuk meminta kedua anaknya untuk bersembunyi di bawah meja kayu. Setiap detik waktu sangat berharga, dia keluar gubuk berlari berlawanan arah untuk mengecoh prajurit namun sejauh mana dia bisa berlari hingga dia pingsan tertangkap.

"Anak-anak tidak ada!" Teriak Prajurit.

"Cari mereka, pasti tidak jauh dari sini!"

Para prajurit itu berkeliling menyusuri hutan belantara, hingga menemukan gubuk tua yang hampir roboh. Suara sepatu prajurit itu terdengar jelas oleh Polin yang sedang memeluk adiknya dengan sangat erat.

"Tenang lah Lily… Semuanya akan baik-baik saja, ayah akan menjemput kita pergi dari sini." Bisiknya memejamkan mata dengan rasa takut, tangan dan pipi mungilnya yang kemerahan oleh dingin malam.

Bruk

"Selamat malam anak-anak! Jangan melawan demi keselamatan kalian." Prajurit itu membungkuk menemukan Polin meringkuk ketakutan bersama adik perempuannya.

"Ayah…."

Di balik kaca langit malam kericuhan, suara tembakan, dan teriakan ketakutan menyelimuti di malam hari.

"Tunduk pada Duke!" Ucap penjaga, Marquess bersujud dengan tangan terikat dibelakang, tidak satu kalipun dia merasa takut ketika berhadapan dengan Duke sekaligus teman dekatnya.

"Dakri hal bodoh apa yang sedang kau lakukan sekarang?" Ucap Duke Leonard pada temannya "Berapa banyak korban dan kerugian yang telah kau lakukan."

"Aku tidak melakukan itu atas kemauan ku Duke." Tunduknya.

"Lalu siapa yang bertanggung jawab atas semua ini?"

"…"

"Katakan padaku!"

"…"

"Apa semua yang Tuan Verdenrik dan saksi korban itu benar? Kau yang bertanggung jawab atas pemberontakan ini?!" Duke mendekati dirinya, berharap teman dekatnya menyangkal akan semua tuduhan padanya "KATAKAN PADA DAKRI!"

"Jika aku mengatakan, apakah kau mempercayainya, Leonard?"

"Tentu saja."

"Maka dalang semua ini bukan aku, aku tidak ada kuasa sekuatmu untuk mengatakan yang sebenarnya tapi percaya lah pada ku Leo." Matanya amat tajam, seakan mengatakan bahwa dia hanya korban.

"Jangan percaya dengan penghianat itu Duke Leonard!" Bantah Verdenrik dengan wajah rendahnya "Dia hanya sedang mempermainkan perasaan anda!"

"Kalau begitu katakan, siapa dalangnya?" Duke Leonard tetap percaya padanya, berharap teman dekatnya tidak bersalah atas kejadian ini.

"Di-dia…"

Verdenrik menatapnya dengan marah, informasi yang akan membahayakan posisinya dan Ratu. Ketakutan ini bukan tanpa alasan karena Duke Leonard lebih mempercayai teman dekatnya dibanding dirinya.

"SIAL! Bawah mereka masuk…" Bisik Verdenrik ke salah satu penjaga, dengan sigap penjaga itu keluar dengan tergesa-gesa "Dengan ini kau tidak akan mencoba untuk mencari masalah."

Brukkkk

Nyonya Ziones dan kedua anaknya masuk ke dalam dengan tangan terikat borgol besi, baju mereka sudah amat kotor oleh lumpur, ketakutan yang amat mendalam. Terlihat kejadian apa yang telah mereka lalui.

"SHANI!" Teriak Dakri terkejut dia menatap istrinya dengan sangat sedih, Dakri melirik Verdenrik dengan sangat kesal, si psikopat itu hanya membalasnya dengan senyuman "TOLONG LEPASKAN ISTRI DAN ANAK KU."

"Ayahh…" Polin berdiri berlari menghampiri ayahnya, namun dihentikan paksa dengan seorang penjaga Polin terjatuh telungkup di lantai "Lepaskan! Aku mau sama Ayahku!"

"Leo tolong lepaskan istri dan anakku!" Sujudnya di kaki Duke.

"AKUI PENGHIANATAN ANDA TUAN, MAKA ISTRI DAN ANAK ANDA AKAN AMAN." Ucap Verdenrik memojokan Dekri dengan senyum tipisnya.

"Aku…" Dia menatap Duke Leonard, mengakui fitnah terhadap dirinya, patuh akan perintah kepada Duke atau keselamatan keluarganya.

"Katakan pada ku." Duke terlihat masih tetap mempercayai teman dekatnya.

Kedua pilihan yang sangat sulit yang terus menekan Dekri, sedang Verdenrik tersenyum puas menikmati pertunjukan.

"Kenapa kau diam? Jawab aku!" Duke yang kesal menghunuskan pedang dan mengarahkannya pada leher Dekri "JAWAB AKU DEKRI!"

Semua orang diam terpaku jarang sekali Duke marah sebesar ini.

"KATAKAN!!" Setiap detik ujung pedang semakin menusuk hingga tetes darah melumuri lantai "DERIK! KATAKAN PADAKU! KAU…"

"Duke ku rasa sudah jelas sekarang, matahari mulai naik." Ucap Verdenrik menahan pedang Duke yang terus menekan nadinya.

STRINGGGGG

Duke menangkis, memutar, terlempar seketika pedang Verdenrik jatuh ke lantai. Seluruh ruangan yang dingin bagaikan es membeku.

"BERANI SEKALI KAU!" Perintah Duke kembali mengarahkan pedangnya pada Verdenrik "JANGAN HALANGI JALAN KU! MINGGIR!"

"Ma-maaf atas keracangan saya, Duke." Ucapnya membungkuk mundur menjauh.

"Jadi ini pilihan mu?!" Duke Leonard merasa sangat kecewa dengan teman dekatnya "Kau sudah kuanggap saudaraku sekarang ini balasan mu?"

BRUKK

Duke membanting pedang, melihat Dakri yang hanya diam membisu.

"Tangkap dia dan hukum mati."

"TIDAK! KUMOHON DUKE! SA-SAYA AKAN-" Nyonya Shani tidak kuasa menahan tangisnya.

"DIAM!" Bentak Penjaga.

"Hukum mati dan asingkan, Sitah seluruh aset keluarga Ziones, cabut semua gelar mereka secara tidak terhormat." Ucapnya melangkah keluar mansion.

"Terima Kasih atas kemurahan hati anda, Duke Leonard…" Ucap Derik mengetahui istri dan kedua anaknya aman dari hukuman.

"AYAH AYAH….HIKS…"