Di pagi hari yang cerah, suasana tidak seperti biasanya Polin bangun lebih siang bahkan dia melewati jam sarapannya aneh nya tidak satupun pelayan yang membangunkannya. Cahaya matahari sudah memasuki pantulan jendela menghapus gelap dari ruangan.
"Ibu?" panggil lembut Polin terbangun dari tidurnya "Kenapa tidak ada seorang pun yang membangunkan ku?"
Polin kecil pergi keluar kamar menggunakan seragam piyama tidur. Di tengah perjalanan dia bertemu dengan seorang pelayan yang sedang sibuk bersih-bersih.
"Permisi, apa kamu melihat ibu?"
"Nyonya berada di ruang tamu, Tuan Muda."
"Apa ada tamu?"
"Duke Leonard sedang berkunjung Desa Artur, Beliau mampir untuk bertemu Marquess."
"Duke?" Polin mengintip dari balik tangga, terdengar jelas ada suara yang ramai di ruang tamu "Pantas saja ibu tidak membangunkan ku."
Polin kecil mengurungkan niatnya dan kembali ke kamar berganti baju lanjut mencari adiknya.
"Dimana Lily? Ohw pasti di halaman belakang sekarang jamnya bermain di taman."
Benar saja Lily beserta babysitternya sedang bermain di taman.
"Lily!" Panggil Polin kecil sambil melambaikan tangannya, seorang pelayan pun melihat dan memberi hormat.
"Lily sedang melihat taman yah?" Ucap manisnya "Lihat! Bunga Lily sedang pemekaran di taman, sangat indah bukan-sama sepertimu, Lily."
Ketika Polin sedang sibuk bermain dengan Lily tanpa disadari Duke Leonard beserta putranya dan ibunya datang menghampiri.
"Selamat Pagi Tuan Muda Polin." Ucap Duke Leonard dengan ramahnya.
"Pa-pagi… Jadi dia Duke?"
"Haha… Polin beri salam dengan baik." Tegur sang ibu.
"Selamat Pagi Duke Le-Leonard? Cahaya Negeri Zafia Kerajaan Negeri Agasthya Ira hmm… apa yah?" Suaranya lantang nya berubah menjadi ragu.
"Hahaha kamu anak laki-laki yang sangat cerdik." Balas hangat Duke "Kerajaan Negeri Agasthya Ira Ekaraj, jangan sampai lupa yah."
"Hm hm iyah." Dia melirik Tuan Muda Han dengan amat bingung.
"Saya permisi dulu, sampai jumpa Tuan Muda Polin jangan jadikan ini akhir dari pertemuan kita." Duke menunduk, kepada anak teman dekatnya "Aku sangat ingin melihat warna kepemimpinan anda Tuan Muda Artur."
Pertemuan pertama kali ketiga pemimpin yang dipenuhi bunga Lily menjadi saksi takdir yang sangat kelam.
"Permisi" Ucap Tuan Muda Han dan mereka berpamitan dari mansion Artur.
Ketika makan malam pun suasana sangat berbeda. Bahkan Marquess kembali absen makan malam bersama keluarganya.
"Seharian ibu sangat murung." Gumam Polin melihat ibunya lebih banyak merenung diam dibanding biasanya "Ibu baik-baik saja? Ibu?"
"Oh Makan yang banyak Sayang." Jawabnya berbeda dengan apa yang di tanyakan.
"Sup ibu dingin."
"Maaf Ibu lagi banyak pikiran sayang, kalo sudah kamu boleh langsung ke kamar ya istirahat."
"Baik."
Dini hari terdengar suara ricuh di kamar ketika polin dan Lily sudah tidur. Suara itu dari perdebatan Nyonya dan Tuan Marquess.
"Tenang lah Derik." Ungkap Nyonya Marquess "Aku yakin ada jalan keluar dari ini semua."
"AKU! Sudah tidak bisa berpikir tenang, mereka semua terus meng ijak-ijak ku!" Ucap dengan nada amarahnya "Mereka akan merasakan rasa sakit ini! Verdenrik sialan!"
"Apa kamu sudah mencoba diskusi dengan Duke?"
"Duke sudah mencurigai Verdenrik dkk, Tapi dia belum memiliki banyak bukti untuk menjatuhkannya"
"Lalu kenapa? kamu memiliki buktinya kan?"
"Itu lah yang membuatku berpikir seratus kali." Suaranya menjadi terbantah-bata dan ragu "Memberikan bukti ini ke Duke sama dengan membunuh keluargaku dan aku tidak mau ini terjadi."
"Apa karena surat ancaman itu? Kamu berhenti disini. Katakan saja semuanya pada Duke dia akan amat menghormati keputusanmu Derik."
"Bagaimanapun Leonard adalah teman seperjuanganku, aku memang berencana memberikan bukti ini tapi…Aku juga tidak mau kamu dan anakku ikut menanggung, seharian ini aku mencari jalan tengah.."
Dia memegang erat tangan istrinya, suasana panas seketika meredup rasa sayang yang amat dalam kepada istrinya.
"Shani, Lusa tengah malam bersiap pergi ke zafia bawah Polin dan Lily. Bersembunyi di sana hingga menunggu kabarku." Ucapnya menunduk, wajah Nyonya itu amat sangat terkejut "Mereka boleh menyakitiku tapi tidak untuk keluargaku."
"Tidak! Kamu ingin mengorbankan dirimu? Derik berhentilah. Aku memang bukan seorang wanita bangsawan, Bagaimana bisa aku hidup tanpamu!" Amarah yang melonjak-lonjak dengar ucapan suaminya rintihan sedih dari air matanya tidak tertahan "Berhentilah berpikir bodoh Derik hiks..."
"Ini satu-satunya cara yang bisa ku lakukan, jadi ku mohon Shani…"
"Derik… hiks…"
Keputusan yang amat berat melindungi keluarga dan patuh akan hukum. Pepatah mengatakan jika tidak memiliki pengetahuan lebih baik dibanding pengetahuan tinggi menghancurkan dunia.
Di pagi harinya, keluarga ini kembali menyantap sarapan bersama Marquess. Piring-piring tertata sangat rapi, aroma sup, roti, teh yang sangat harum.
"Ayah!" Ucap Polin ketika bertemu ayahnya kembali setelah sekian lamanya "Apakah ayah akan pergi lagi?"
"Duduklah. Maaf yah Polin sudah menunggu ayah yah…"
"Gapapa Ibu dan Lily menemanin ku."
"Hahaha begitu yah, Ayah senang mendengarnya. Kemari lah Shani duduk dan makan bersama."
Hari ini terasa sangat tenang dan sepi. Cuaca diluar pun mendung mengelap Polin membatalkan latihan rutinnya. Di balik jendela mansion suatu kejadian besar terjadi, Getaran samar-samar dari daun jendela.
Ruang tamu, menjadi tempat bermain anak-anak. Polin yang sedang bosan membaca buku cerita bergambar bersama adik Lily di pangkuan ibunya.
"Lihat Luar biasa, aku akan menjadi pahlawan super dengan sihir yang B-E-S-A-R" Ungkapnya sambal memperagakan seorang pahlawan.
"Polin ingin menjadi pahlawan seperti apa?" Tanya ibunya tersenyum manis melihat tingkah Polin.
"Tentu yang paling kuat!"
"Lebih baik menjadi seorang pahlawan yang suka membantu orang."
"Kenapa? Paling kuat juga bisa!"
"Jika Polin memiliki kekuatan super namun tidak menolong orang lain itu hanya sia-sia. Jadilah seseorang yang bermanfaat untuk orang lain dan dihormati, status bangsawan akan tidak berguna jika tidak ada seseorang yang mendukungmu."
"Benarkah? Kalau begitu aku akan jadi seseorang yang bermanfaat untuk orang lain! Menjadi seperti AYAH!"
BRUKK
"NYONYA! NYONYA!" Teriak seorang pelayan dengan wajah panik pucat basi.
"Tenang lah ada apa?"
"ANDA-ANDA! HARUS SEGERA KELUAR DARI RUMAH INI!" Tangan nya gemetar ketakutan bersujud memegang erat tangan nyonyanya.
"Tenang lah! Katakan padaku ada masalah apa?"
"Di pusat desa terjadi pemberontakan…. Hiks…CEPAT! Tuan Muda dan Anda harus pergi sekarang!"
Hari semakin gelap hujan rintik-rintik membasahi tanah kering, matahari sudah mulai tenggelam dan bintang-bintang menaiki langit. Pemberontakan Marquess Ziones mereka berseru atas kehormatannya, mayat tidak berdosa berkerimpangan di pinggir jalan.
"KEBEBASAN DAN KEHORMATAN ARTUR, PENGHINAAN KEPADA ZAFIA!"
"KEBEBASAN ARTUR, PENGHINAAN KEPADA ZAFIA! MARQUESS ZIONES!"
"MARQUESS ZIONES!"
"PENGHINAAN KEPADA ZAFIA!"
Suasana sangat mencekam toko-toko di bubar paksa, kuda-kuda prajurit bersenjata lengkap menerobos kerumunan masyarakat orang-orang berdesakan menyelamatkan diri sendiri.
"TOLONG! PUTRI SAYA!" Teriak seorang ibu tua berlari melawan arus.
"IBU TUA MINGGIR LAH." Ucap Verdenrik di atas kudanya "KAU MENGHALANGI JALAN KU! MINGGIR!"
"PENGHINAAN PADA ZAFIA!"